Transferred Student (1)

1.7K 274 92
                                    

[Time skip]

DOR! DOR! DOR!

"NIEL-AH! BURUAN!" Dengan kesal Junhoe menggedor pintu rumah apartemen Daniel dan berteriak-teriak seperti rentenir penagih hutang.

"NIEL-AH! AKU TINGGAL LHO!" Pemuda itu kembali berseru, melihat jam yang melingkar di tangannya lantas mendengus.

"LIMA MENIT LAGI BUSNYA DATANG! DANIEL-AH!" Junhoe sudah di ujung kesabaran. Jika dia mulai memanggil nama lengkap Daniel, bisa dipastikan pemuda itu berada di mood yang tidak bagus.

"IM DANIEL!"

"Iya iya iya iya iya iya! Aku sudah selesai! Aku sudah selesai!" Daniel membuka pintu dengan terburu-buru. Kedua tangannya masih riweuh memakai sepatu sementara kemeja di badan masih belum dikancingkan sama sekali, apalagi dasi dan blazer. Tas pun cuma dia tenteng dengan salah satu kantongnya yang belum ditutup.

"Kau ngapain saja sih!?" Sentak Junhoe membantu temannya mengambil beberapa buku yang tercecer jatuh sementara Daniel menutup pintu rumah.

"Aku bangun kesiangan. Tidak ada orang di rumah," jawab Daniel menggumamkan terima kasih saat Junhoe memasukkan bukunya ke dalam tas dan menutup resleuting. Setengah berlari mereka menuju ke lift yang untungnya sedang sepi. Di dalam lift Daniel merapikan seragam sekolahnya, mengancingkan kemeja, memasukkan ujungnya ke dalam celana, memakai dasi serta blazer.

"Papa Mamamu kemana?" tanya Junhoe sambil menyodorkan sisir.

"Mommy ke rumah kakek sejak kemarin. Daddy sebenarnya sudah pulang tapi semalam dapat panggilan darurat dari rumah sakit, jadi dia pergi lagi," jawab Daniel seraya berkaca pada pintu lift ketika dia menyisir rambutnya.

"Kenapa kau tidak memintaku membangunkanmu?" Junhoe gusar.

"Aku lupaaa~" Daniel melengkungkan bibir ke bawah. "Waktu mengerjakan PR aku langsung ketiduran. Waktu kau datang aku bahkan masih tidur di ruang tengah."

"Ish!" Pemuda bermata tajam mengumpat tertahan.

"Maaf..." Daniel mencicit, menyandang tas sekolah di bahunya dan berlari mengikuti Junhoe begitu pintu lift sudah terbuka.

"Kau sudah sarapan?" tanya Junhoe saat berhasil menghentikan pintu bus yang hampir tertutup di waktu yang tepat.

"Belum." Daniel menggelengkan kepala. "Tapi aku sudah sikat gigi kok."

"Memangnya kau bisa sarapan odol?" balas Junhoe judes sembari mendudukkan diri di sebelah Daniel yang berhasil mendapat dua kursi kosong. Pemuda tersebut membuka tasnya lalu mengambil kotak berisi bekal makan siang. Ia menyodorkan pada Daniel yang mengedipkan mata tak mengerti.

"Makanlah," ujar Junhoe.

"Terus nanti siang kau makan apa?" tanya sahabatnya polos.

"Jajan di kantin," Junhoe menjawab simpel. "Bayarin ya."

Seketika Daniel menyunggingkan senyum. "Ne!" Ia mengangguk setuju dan menerima kotak makanan dari tangan Junhoe. "Terima kasih, Junie-ya~"

Sambil menunggu bus yang ditumpangi sampai sekolah, Daniel menikmati sarapan sementara Junhoe memainkan ponselnya.

"Si Kembar, si Kembar, si Kembar, si Kembar, si Kembar, si Kembar, si Kembar. Ada si Kembar!" Daniel menyenggol tangan Junhoe cepat-cepat lantas kedua orang itu kompak merosotkan diri ke depan kursi, menuai delik keheranan penumpang lain yang melihat mereka tiba-tiba bersembunyi.

Di halte depan bangunan SMP nampak Jisung, Hohyeon, Youngmin, serta Kwangmin berdiri menunggu sambil mata mereka mengamati satu per satu murid SMA yang berada di dalam bus.

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang