[Time skip]
Hanbin berjalan di lorong rumahnya sembari merapikan kerah baju dan memakai jam tangan. Telah siap untuk pergi keluar.
Dor dor dor! Crash! Dor! Crash!
Langkah kaki pria itu terhenti ketika telinganya mendengar suara tembakan serta benturan benda keras. Hanbin melongokkan kepala ke ruang tengah untuk menemukan anak lelakinya sedang tekun menunduk dengan kedua tangan memegang ponsel bermain game. Mata Hanbin berputar disusul seulas seringaian jahil muncul di bibir.
"Junie-ya~" Hanbin memanggil anak semata wayang yang sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari gadget-nya.
"Hm?" Jawab Junhoe singkat, kedua alis tebal mengerut, tanda dia sedang di mode serius bermain game.
"Mana Mamamu?" Hanbin duduk di samping putranya.
"Tidak tahu," jawab Junhoe masih fokus pada ponsel. Jari tangan sangat lincah mengetuk layar.
"Yah, bagaimana bisa Mama sendiri kau tidak tahu?" Hanbin menuduh. "Dimana Mamamu?"
"Di dapur. Di dapur!" Junhoe menjawab asal.
"Tidak ada. Papa habis dari sana tidak ada Mama," dusta Hanbin.
"Di kamar."
"Tidak ada juga. Papa juga dari kamar."
"Ah, molla molla! Papa jangan ganggu dulu, aku bisa kalah," lama-lama Junhoe gusar.
"Junie-ya, mana Mamamu? Papa ada perlu sama Mama," seolah sengaja, Hanbin terus bertanya pada anaknya. Menoel-noel pipi pemuda itu yang nampak mengembang akibat porsi makannya bertambah sejak masuk SMA.
"Jundungie~ (둥/doong/dung : chubby) dimana Mamamu?" Hanbin tak menyerah mengganggu Junhoe yang makin menunjukkan ekspresi kesal.
"Argh, Papa! Jangan ganggu!" Pemuda bermata tajam menepis tangan ayahnya lalu memutar badan membelakangi pria tersebut.
"Jangan cuekin Papa, Jundungie~" Hanbin bergelayut di punggung Junhoe, meletakkan dagu pada pundaknya dan ikut melihat bagaimana pemuda itu bermain game.
"Woah, musuhmu banyak sekali!" Hanbin kaget.
"Makanya Junie bilang jangan ganggu," desis Junhoe.
"Kau menghadapinya sendirian?"
"Aniya, dengan Daniel. Aku satu clan dengan Daniel," jawab Junhoe. Jarinya bergerak makin cepat seiring musuh yang juga bermunculan makin banyak.
"Fck," tanpa sadar Junhoe mengumpat.
"Eh, mulutnya." Hanbin menjewer pelan telinga pemuda belasan tahun itu.
"Kepencet, maaf," ujar Junhoe.
"Apa itu?" Hanbin mulai tertarik dan menunjuk sebuah simbol dengan penasaran.
"Stock senjata," jawab Junhoe.
"Dipencet boleh?" Tanya Hanbin lagi.
"Boleh, tapi senjataku masih bagus. Ganti nanti saja," ujar Junhoe.
"Papa pencet ya." Hanbin tidak menghiraukan ucapan anaknya dan langsung menekan simbol di layar, secara otomatis mengganti senjata yang dipegang oleh karakter Junhoe.
"Apa itu membantu?" Tanya sang ayah.
"Lumayan, kecepatannya bertambah," jawab Junhoe.
"Yeay~" Hanbin merasa senang dia bisa membantu permainan putranya.
"Kalau ini apa?" Pria tersebut menunjuk lagi. Bola mata Junhoe melirik sejenak ujung jari ayahnya.
"Jangan dipencet," ujar pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...