Big Crying

2.4K 381 38
                                    

Jaebum sedang dalam perjalanan pulang dan sibuk menyetir ketika menyadari ponselnya berbunyi. Dengan satu tangan pemuda itu menggeser tanda menerima panggilan sembari mencoba menepikan mobil. Menelpon ketika menyetir memang berbahaya dan seharusnya tidak dilakukan, namun melihat nama Jinyoung berkedip di layar mau tak mau membuat Jaebum tidak punya pilihan. Tak ada yang boleh menolak telpon dari Yang Mulia Ratu.

"Yes, Honey?" Sapa Jaebum lebih dulu, berhasil menepikan mobil dan mematikan mesin.

"JAEBUM-AH, KAU DIMANA?" Suara Jinyoung langsung memekik.

"Slow down, Sayang. Aku di jalan. Ada apa?" Tanya Jaebum heran, terlebih ketika di belakang nada panik istrinya terdengar suara tangisan keras.

"Daniel kenapa?"

"ITU JUGA YANG MAU AKU TANYAKAN!" Jinyoung berseru, ada cemas dalam kalimatnya. "Dia menangis terus dari tadi. Sudah aku gendong, kasih susu, ajak jalan-jalan keluar, tapi dia tidak mau berhenti menangis!"

"Sudah kau cek suhu badannya?" Jaebum kembali menyalakan mesin mobil.

"Sudah. Badannya tidak panas. Aku lepas bajunya juga tidak ada yang luka atau digigit semut," jawab Jinyoung.

"Oke. Tunggu sebentar, aku segera sampai," ujar Jaebum kembali menginjak pedal gas, membawa mobilnya ke jalanan.

"Cepatlah. Dia sudah lima belas menit seperti ini," suara Jinyoung terdengar memohon, agaknya mulai ikut menangis menggendong Daniel yang megap-megap.

"Ne. Tenanglah, tenang dulu. Sebentar lagi aku sampai," Jaebum mencoba menghibur istrinya.
.
.
"HUWAAA! HUWAAA!" jeritan keras Daniel menggema hingga keluar pintu apartemen, membuat Jaebum langsung berlari begitu lift terbuka.

"Jinyoung-ah!" Panggilnya segera masuk ke dalam kamar dan menemukan sang istri tengah menggendong serta mengusap punggung kecil anak mereka. Mata Jinyoung basah, melelehkan air bening di kedua pipinya.

"Bum-ah..." Jinyoung tak bisa berkata-kata lagi. Jaebum meletakkan tas di lantai dan mengambil Daniel dari pelukan ibunya.

"Cup cup cup, Sayang. Kenapa? Niel kenapa, hm? Kenapa kau menangis?" Tanya Jaebum. Daniel tidak menjawab, hanya terus tersedu dengan napas pendek-pendek, wajahnya merah dengan kening berkeringat, dan badan mulai lemas. Di saat seperti inilah Jaebum sangat menyayangkan kemampuan bicara anaknya yang terbatas. Daniel tidak bisa mengatakan apa yang dia rasakan membuat kedua orang tuanya ikut kebingungan.

Jaebum menidurkan Daniel di ranjang.

"Daddyyy!" Bocah itu mengangkat kedua tangan, menolak untuk diturunkan dan minta terus digendong. Membuat Jaebum berkesimpulan kemungkinan dia merasa tak nyaman akan sesuatu atau merasa sakit di badannya.

Jaebum menekan kening Daniel agak keras, juga kedua telinganya, hidung, pipi, dagu, dia beralih pada pundak, tangan, dada, dan perut. Balita tersebut tidak menunjukkan perubahan tangisan yang berarti. Namun giliran kedua telapak kakinya digenggam, Daniel menjerit hebat.

"HUWAAA!"

"Kakinya sakit," desis Jaebum.

"Sakit apa? Terluka dimana?" Tanya Jinyoung tidak menemukan ada darah atau apapun di kaki mungil Daniel.

"Sakitnya di bagian dalam, makanya tidak berdarah," jelas Jaebum memijat kaki kanan dan kiri anaknya bergantian. Tangisan Daniel kembali melengking hanya saat kaki kirinya dipijat terutama ketika kelingkingnya yang dipegang.

"Ambilkan kain kompres, celup di air biasa," pinta Jaebum segera dilaksanakan oleh Jinyoung sementara dia kembali menggendong Daniel, mendudukkannya di pangkuan, dan memijat pelan kaki kanannya. Ketika kaki kiri sedang menderita sakit tak tertahankan, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah memijat kaki sebelah kanan, itu dapat mengacaukan fokus otak atas nyeri di bagian kiri sehingga rasa sakit akan berkurang.

Jinyoung kembali masuk kamar dengan kain basah di tangan, memandang Daniel yang sudah mulai berhenti menangis dan cuma megap-megap di pangkuan ayahnya yang nampak terus memijat kaki kanannya. Jaebum menerima kain basah untuk dibalutkan pada kaki kiri Daniel lalu memijatnya pelan.

"Huweee..." Daniel kembali menangis merasakan sakit.

"Gwaenchana, gwaenchana, Daddy akan melakukannya pelan-pelan," ujar Jaebum.

"Daddyyy..." Daniel menangis menolak membuat sang ayah mengalah, tak lagi memijat kaki kirinya.

"Apa yang terjadi?" Desis Jinyoung seraya duduk di sebelah Jaebum.

"Sepertinya dia tidak sengaja menendang sesuatu dengan keras. Mungkin kelingkingnya terkena kaki meja atau kursi," jawab Jaebum.

Jinyoung menghela napas, meletakkan kepala pada pundak suaminya.

"Aku pikir terjadi sesuatu yang buruk padanya..." Desis gadis itu. "Tiba-tiba saja dia menangis dan tidak mau bicara apa-apa."

"Daniel memang belum lancar bicara, Honey." Jaebum menolehkan kepala, mengecup rambut Jinyoung yang sampai pada wajahnya.

"Kita tunggu sampai besok, kalau kakinya bengkak kita bawa dia ke dokter. Kalau tidak, cukup dengan dikompres sampai sakitnya benar-benar hilang."

Jinyoung mengangguk. Sementara di pangkuan Jaebum, Daniel sudah memejamkan mata, tertidur karena kelelahan menangis.
.
.
.
Kelingking kepentok meja itu luar biasa😭😵

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang