Otopet

1.9K 321 135
                                    

Sebuah paket datang ke rumah Hanbin siang ini berisi otopet kecil dan secarik kertas bertulis tangan dengan kata 'EOMMA' terbubuh di bagian akhirnya.

"Kenapa Eomma mengirim otopet?" Hanbin tak habis pikir. "Junhoe masih dua tahun, dia bahkan baru bisa berjalan tegak dan masih sering kesandung waktu lari. Kenapa memberinya otopet? Ini terlalu awal. Ne, Jinan-ah?" Ia meminta pendapat--pembelaan--istrinya.

Di sisi lain, Jinhwan menghela napas. "Kenapa warnanya pink?" Ia mendesis agak kecewa melihat otopet yang memang berwarna pink cerah.

"Pasti biar kopelan dengan punya Hanbyul," ujar Hanbin memeriksa otopet yang masih terlipat. "Pasti Eomma membelinya waktu ada diskon beli satu gratis satu."

"Papa, itu apa? Ini apa? Papa?" Sementara kedua orang tuanya berdiskusi, Junhoe sibuk memperhatikan benda yang baru pertama kali dia lihat. Balita itu tak berhenti memegang, mengusap, dan mencoba mengangkat otopet yang masih cukup berat untuk kekuatan sepasang mungil tangannya.

"Papa, ini apa?" Junhoe kembali bertanya.

"Otopet. Ini namanya otopet," jawab Hanbin.

"Opet? Opet apa? Opet imana (gimana)?" Tanya Junhoe lagi.

"Tingginya seberapa ya?" Mendadak Hanbin penasaran. Dia bangkit berdiri, menegakkan otopet dan menarik pegangan tangannya hingga panjang maksimal namun ternyata memang mainan tersebut didesain untuk anak-anak karena tinggi akhirnya cuma sepinggang Hanbin.

"Kenapa Eomma tidak membeli yang lebih besar?" Protes Hanbin.

"Karena yang dibelikan itu Junhoe, bukan kau!" Jinhwan berdecak keras, ia sudah menyangka suaminya akan bertingkah kekanakan tapi tetap saja tak mengira Hanbin tidak bisa menahan diri begitu.

"Papa apa (ngapain)? Ini uat apa (buat apa)?" Tanya Junhoe sembari menunjuk ayahnya yang mencoba menaiki otopet tanpa peduli pada badan jangkung yang jadi membungkuk.

"Wuing~" Hanbin meluncur di lantai ruang tengah, membuat Junhoe memekik kaget. Ia tertawa takjub. Dengan semangat bocah tersebut langsung berlari mengikuti sang papa yang berseluncur mengelilingi ruangan, sementara Jinhwan hanya terkekeh memperhatikan dari tempatnya duduk.

"Papa, Cuni! Cuni! Cuni!" Junhoe meminta gilirannya.

"Ayo ke taman. Kita main ini!" Ajak Hanbin.

"Ne!" Jawab Junhoe cepat.
.
.
"Pegang stirnya dengan dua tangan. Satu kakimu di atas, satu kaki di bawah untuk mengayuh. Setelah itu meluncuurrr~" di taman, Hanbin memberi tutorial cara mengendarai otopet pada Junhoe yang memberinya tatapan polos sebagai jawaban.

"Kau paham?" Tanya sang ayah.

"Ne," angguk Junhoe simple.

"Dia tidak paham," desis Jinhwan yang berdiri di dekat anaknya. Hanbin mengiyakan sambil tertawa kecil.

"Ini pegang. Lakukan seperti Papa tadi," ujar Hanbin menyerahkan otopet ke tangan buah hatinya. Dia membantu Junhoe memegang stir dengan kedua tangan dan menaikkan satu kaki bocah itu ke pedal.

"Kayuh," pinta Hanbin. Namun bukannya melakukan seperti yang disuruh, Junhoe malah menoleh menatap ayahnya. Sepasang matanya berkedip-kedip.

"Wae? Kayuh dengan kakimu," tanya Hanbin heran.

Junhoe mengembalikan pandangan ke depan, kedua tangan menepuk-nepuk pegangan otopet, lantas ia menurunkan kaki dari pedal dan mulai berjalan membawa otopet kabur.

"Yah!" Hanbin berseru. "Dikayuh! Bukan dibawa lari!"

"Hehehe," Junhoe terkekeh, sudah menemukan cara bermain yang sesuai dengan style-nya. Balita itu terus berjalan dengan tangan masih memegang stir otopet, membawanya berkeliling taman sedangkan dari belakang Hanbin mengikuti sambil terus berteriak menyuruh bocah tersebut menaikkan satu kaki dan mengayuh otopet.

"Kaki ke atas! Kakimu dinaikkan ke atas! Yah, Kim Junhoe!" Hanbin berseru pada anaknya yang entah kenapa malah mempercepat langkah seolah mengajak sang ayah balapan.

"Kaki naik ke atas!"

Junhoe menghentikan langkah. Ia menaikkan satu kakinya ke pedal.

"Ini (begini)?" Tanyanya.

"Nah, iya. Begitu! Benar begitu!" Jawab Hanbin senang. "Sekarang ka--"

"Wuiiin~" seolah meledek, dalam sekejab Junhoe menurunkan lagi kakinya dan kembali berlari dengan memegang stir otopet membuat sang papa berdecak gemas.

"YAH!"

Sedangkan jauh di belakang mereka berdua, tertinggal Jinhwan yang tertawa memegangi perut melihat kejar-kejaran ayah dan anak itu.

Sedangkan jauh di belakang mereka berdua, tertinggal Jinhwan yang tertawa memegangi perut melihat kejar-kejaran ayah dan anak itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jailmu nurun dari siapa, Dek?😂
.
.
.
Satu kalimat buat Young Daddy dong :3

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang