PIKNIK! (1)

2.8K 388 61
                                    

"Baby, ayo makan di luar lagi~" ajak Hanbin suatu hari, cengiran lebar tercetak di wajahnya.

"Kau tidak punya uang," timpal Jinhwan dingin mengetahui jika jatah uang saku suaminya sudah habis untuk bulan ini. Bahkan dia terpaksa mulai berjalan kaki ke kampus yang jaraknya hampir dua halte bus atau nebeng mobil Jinhwan jika kebetulan gadis tersebut akan mengajar di bimbel.

"Makan-nya sambil piknik. Di taman. Maka-nya aku sebut 'makan di luar'." Hanbin ngeles, masih dengan cengiran khas di bibir plump-nya.

Jinhwan menghela napas, entah kenapa sudah menduga hasil akhir pembicaraan akan seperti itu. "Lupakan. Sekarang sedang sering turun hujan. Aku malas pergi keluar."

"Ah, Babyyy~" Hanbin mulai mengeluarkan jurus rayuannya. Dia memegang tangan Jinhwan dan menggoyangkan ke kiri serta ke kanan. "Kita 'kan tidak pernah piknik—"

"Kita pernah melakukannya. Lalu alergi bungamu kumat. Dan sekarang aku trauma." Jinhwan menepis tangan Hanbin namun suaminya balik memeluk tubuh mungil tersebut dari samping.

"Aku minta maaf waktu itu aku dan Junhoe membuat semuanya berantakan. Makanya, kali ini biarkan kami menebus kesalahan dengan memberimu piknik yang paaaaaling menyenangkan. Ne?"

Jinhwan menoleh, menatap cengiran suaminya dengan sangsi. Meski begitu wanita tersebut hanya dapat menghela napas panjang. Sesekali pergi keluar rumah rasanya tak masalah, itung-itung untuk ganti suasana.

"Kau bilang kau ada tes bahasa Inggris." Jinhwan mengingatkan.

"Setelah tes kita pergi," ujar Hanbin.

"Ani. Kalau tesmu bisa dapat minimal B, kita pergi."

"Setuju!"
.
.
Dua hari setelah tes diakukan, dengan bangga Hanbin memamerkan nilai B+ pada istrinya yang hanya dapat mendecih. Jinhwan benar-benar lupa jika kemampuan Hanbin dalam menghadapi ujian sekolah akan keluar dengan maksimal jika dia dijanjikan imbalan atau hadiah.

"Besok kita jadi piknik 'kan? 'Kan? 'Kan? 'Kan?" Hanbin menagih. "Besok hari Minggu, pasti sangat menyenangkan kalau pergi piknik. Ya? Ya? Ya? Ya?"

"Iyaaa!" jawab Jinhwan mendengus.

"YOHOOO!" suaminya langsung bersorak membuat sang istri segera berbalik dan memukul tangannya keras.

"Jangan berisik! Junhoe sedang tidur!" Jinhwan memekik tertahan namun terlambat, dari arah kamar telah melengking teriakan anak mereka dibarengi dengan suara tangisan kencang, kebiasaan Junhoe jika terbangun karena merasa kaget ia akan menangis.

"Upsie..." Hanbin menutup mulutnya.

"Kau itu benar-benar...!" Jinhwan menghentakkan kaki kesal lantas bergegas masuk kamar.
.
.
Jinhwan merasa hari berganti terlalu cepat. Agaknya dia baru saja memejamkan mata namun alarm sudah langsung berbunyi menunjukkan pukul lima pagi. Tanpa menukar piyama, gadis itu turun dari ranjang meninggalkan suami serta anaknya yang masih tidur pulas. Jinhwan mengikat rambut, mencuci muka dan gosok gigi di kamar mandi, baru kemudian menyalakan lampu dapur untuk mulai memasak makanan yang akan dibawa piknik ke taman.

Kimbab, nasi, sosis goreng, telur gulung, dan sayuran sepertinya cukup membuat perut Hanbin serta Junhoe kenyang. Untuk cemilan, gadis itu ingin membawa potongan buah-buahan dan biskuit kesukaan anaknya. Jinhwan meraih celemek yang digantung di dekat lemari es lantas mengambil panci untuk mulai mencuci beras.
.
.
"Apa lagi yang harus dibawa?" tanya Hanbin sebelum keluar dari rumah. Di badannya sudah tergantung tikar, tas bayi berisi keperluan Junhoe, tiga susun kotak makanan, topi pantai lebar milik Jinhwan, dan sekarang dia masih menanyakan apa yang masih bisa dia bawa.

"Junhoe," jawab Jinhwan mengingatkan Hanbin pada hal terpenting.

"Junie! Junie-ya!" pemuda tersebut memanggil lantang. "Ayo berangkat sama Papa!"

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang