Mommy Sakit :( 2-end

1.8K 346 95
                                    

Makasih udah antusias dan penasaran♡♡♡
Here next part😘
.
.
.
"Anil cini! Cini!" Junhoe berteriak-teriak sambil melambaikan tangan mungilnya pada Daniel yang sedang mencoba berlari secepat mungkin ke arahnya menjawab panggilan barusan.

"Wae?" tanya Daniel begitu sudah berada di dekat Junhoe.

"Itu capun." Junhoe menunjuk pada capung yang nampak terbang rendah di atas tanaman bunga penghias taman kecil di halaman bangunan rumah sakit tempat mereka berada sekarang.

"Capun?" Daniel ikut menunjuk. "Capun apa?"

"Capun...uhh..." Junhoe tidak tahu cara menjelaskannya. "Capun cinku upu (capung chingu/teman kupu-kupu)."

"Cinku upu?" ulang Daniel.

"Ne," angguk Junhoe. Diraihnya tangan Daniel untuk digenggam erat. "Cuni cinku Anil! (Seperti Junie chingu Daniel!)." Ia berujar membuat senyuman lebar merekah di wajah sahabatnya.

"Cuni cinku Anil!" Daniel mengulang kalimat Junhoe.

"Ne!" dengan senang Junhoe mengangguk lagi. "Ayo cayi capun agi! Upu cuja! Odok! (Ayo cari capung lagi! Kupu-kupu juga! Kodok!)" bocah itu kembali berjalan masih dengan menggandeng tangan Daniel

"Odok? Ada odok?" Daniel sendiri berusaha mengimbangi kecepatan langkah kaki lincah Junhoe tanpa melepas genggaman erat tangannya di jemari balita yang seumuran.

"Jinhwan-ah." Jinhwan yang sedang tersenyum mengawasi bagaimana Junhoe dan Daniel bermain bersama, seketika menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Nampak Jaebum berjalan mendekat dengan napas sedikit terengah.

"Bagaimana keadaan Jinyoung? Apa dia baik-baik saja?" tanya Jinhwan.

Jaebum menggelengkan kepala. "Mana Daniel?" ia balik bertanya, mengkhawatirkan anaknya. "Apa dia masih menangis?"

"Dia sudah berhenti menangis, dia main dengan Junhoe di sana." Gadis mungil menunjuk dua orang bocah kecil yang tertawa-tawa sambil mengulurkan kedua tangan ke atas seperti ingin menangkap capung dan kupu-kupu yang berterbangan di udara.

"Orang tuaku dalam perjalanan ke sini, kau bisa pulang setelah mereka sampai. Terima kasih atas bantuanmu dan maaf sekali kami sudah merepotkan," ujar Jaebum.

Jinhwan menggelengkan kepala. "Sudah seharusnya aku membantu, Hanbin bilang selesai kuliah dia juga akan ke sini. Bagaimana keadaan Jinyoung?"

Jaebum menghela napas sebelum menjawab. "Dia harus kuretase."

"Ya Tuhan..." Jinhwan menutupkan telapak tangan ke mulut. "Apa bayinya benar-benar tidak bisa diselamatkan?"

Jaebum menggeleng. "Dia sudah tiga kali begini. Jinyoung itu kalau hamil tidak pernah ada gejalanya. Dia tidak mual, tidak pusing, tidak lemas, jadi dia tidak pernah berhati-hati. Dulu waktu mengandung Daniel juga dia sama sekali tidak menyadarinya. Untung Daniel bisa bertahan."

"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" desis Jinhwan.

"Dia menangis," ujar Jaebum. "Tenang saja, dia sudah pernah mengalaminya. Dia akan membaik setelah bertemu Daniel. Kami memutuskan setelah ini Jinyoung akan sterilisasi. Aku tidak bisa membiarkan dia begini lagi."

"Itu berarti Daniel akan menjadi anak kalian satu-satunya--" Jinhwan terkejut.

"Daripada dia harus keguguran dan bersedih lagi. Aku tidak tega melihatnya begini," sanggah Jaebum cepat.

Jinhwan terdiam. "Memang sih..." ia mendesis. "Keguguran sama seperti salah satu anggota keluarga kita meninggal. Makanya aku tidak mau hamil lagi. Mempertahankan Junhoe saja rasanya sudah sangat sulit. Kalian benar-benar tegar."

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang