"Junie-ya~" seru Hanbin mencari anaknya di sore hari sepulang dia dari kampus.
"Papa! Cuni ini! Cuniii! Cama Mama!" Sahut Junhoe heboh dari dapur, dia sedang bergelantungan di rok Jinhwan dan rewel meminta pisau yang tengah dipegang ibunya. Mengira sang mama sedang bermain-main.
"Oke! Tetap di situ, sebentar lagi Papa ke situ!" Ujar Hanbin membalas, lanjut berjalan ke kamar untuk meletakkan tas.
"Main sama Papa. Lihat ke sana, Papa bawa apa dari sekolah," bujuk Jinhwan pada anaknya yang tak berhenti merajuk (mengganggu) sementara dia sedang sibuk memasak makan malam. Padahal tadi juga Junhoe anteng bermain sendiri di ruang tengah seperti biasa tapi entah kenapa dia mendadak bosan lalu mencari ibunya.
"Mm!" Junhoe menggelengkan kepala. "Mau itu. Mama, itu. Mama~" balita tersebut menarik-narik rok ibunya seraya berjinjit dan mengulurkan tangan tinggi-tinggi meraih lengan Jinhwan yang balik menjauh.
"Mamaaa~" Junhoe makin merengek didera rasa penasaran. "Mama Mama Mama~" bocah tersebut melompat-lompat, berjinjit lagi, dan ketika jemarinya tak bisa meraih tangan sang ibu untuk kesekian kali, Junhoe kesal. Anak itu lantas masuk ke dalam rok Jinhwan, bersembunyi di sana.
"Yah yah yah, apa yang kau lakukan? Yah!" Jinhwan memekik sambil memegang kepala kecil yang menyembul dari balik rok di antara kedua kaki.
"Hanbin-ah! Hanbin! Papa!" Pekik Jinhwan disela tawa sebab di dalam rok, Junhoe mulai menguselkan wajah ke kaki jenjang ibunya dan itu luar biasa geli.
"Hanbiiin!"
"Iya iya iya iya iya, kenapa?" Hanbin muncul di pintu dapur dan langsung melotot.
"YAH! APA YANG KAU LAKUKAN!?" Pria tersebut meneriaki anaknya. "MECUM! Junie mecum! Eh, masuk ke rok anak perempuan itu tidak boleh!" Hanbin bilang begitu namun kenyataannya dia malah menyingkap tinggi rok Jinhwan hingga pahanya terlihat membuat sang istri memekik dua kali.
"Mesum!" Jinhwan melotot pada suaminya yang cengengesan menarik sang anak keluar.
"Ayo ikut Papa saja. Kita main ayunan~ swing swing~" ujar Hanbin membawa Junhoe ke gendongan.
"Anni~ Mama itu~ ituu~" Junhoe masih menunjuk pisau di tangan Jinhwan yang sibuk mencacah sayuran.
"Mama sedang memasak, Mama tidak sedang bermain," ucap Hanbin.
"Macak?" Ulang Junhoe.
"Ne, Mama masak makanan enak. Jangan diganggu biar nanti Junie bisa makan makanan enak," jelas sang ayah.
"Maem enyak? Mama? Angan angu (jangan diganggu)?" Oceh Junhoe mulai menurut dibawa Hanbin berjalan menjauhi dapur.
"Eum. Jangan ganggu Mama. Mama sedang memasak makanan enak. Sekarang Junie ikut Papa saja naik ayunan. Oke?" Hanbin berhenti di beranda, memakai sepatu sekaligus memakaikan sandal pada kedua kaki mungil buah hatinya.
"Anniii~ Cuni pica. Cuni pica." Junhoe menepis tangan Hanbin dari sandal dan kakinya. Ia memegang sendiri sandal mungil tersebut untuk dipasang di kaki yang tak kalah menggemaskan sementara Hanbin duduk memperhatikan.
"Ca can (jja jjang)!" Junhoe memperlihatkan bangga sandal yang berhasil terpasang di kakinya dan Hanbin yang melihat langsung terkekeh.
"Good job! Junie pintar sekali!" Puji sang ayah, memperbaiki letak sandal yang dipakai Junhoe lalu mengajak dia berdiri.
"Kajja~" Hanbin membuka pintu apartemen, membiarkan buah hatinya langsung melesat lari bagai peluru lepas dari pelatuk.
"UWAAAAA!" Setidaknya teriakan riang bocah tersebut dapat membantu sang ayah untuk tetap melacak lokasi keberadaannya.
"Baby, kami akan pulang sebelum makan malam!" Seru Hanbin berpamitan.
"Ne!" Jawab Jinhwan.
.
.
Taman memang cukup ramai di sore hari tapi Hanbin sudah menemukan beberapa spot cukup sepi yang bisa dia gunakan untuk mengajak Junhoe bermain, thanks to Jaebum yang membantunya melakukan observasi sebagai sesama young daddy yang mati-matian menyembunyikan identitas."Pegangan~" ujar Hanbin seraya mendorong pelan punggung kecil Junhoe yang duduk di atas ayunan setinggi puncak kepalanya.
"Yeay~" Junhoe bersorak senang. Kedua tangan gemuk berpegangan erat pada tali besi sementara dari belakang Hanbin jongkok sambil terus mendorong badan anaknya dengan pelan.
"Kau suka?" Tanya Hanbin.
"Ne!" Jawab Junhoe riang. Ayahnya tersenyum, memutuskan untuk mendelosor di tanah sebab merasa balita itu pasti tak akan cepat bosan berayun-ayun di udara.
"Ehehehe!"
.
.
Sudah hampir lima belas menit dan seperti perkiraan, Junhoe masih betah di atas ayunan. Masih berteriak 'uwaaah~' setiap kali punggungnya didorong oleh Hanbin yang sejak beberapa saat lalu mulai asyik bermain ponsel."Mainnya besok lagi, ya. Ayo pulang, kita makan," ajak Hanbin.
"Agi agi agi!" Junhoe merengek.
"Satu kali lagi terus kita pulang. Oke?" Ujar Hanbin.
"OCE!"
Hanbin mendorong punggung Junhoe agak kuat kali ini membuat si bocah terayun lumayan tinggi. Balita itu menjerit antara kaget dan senang, nyaris pegangan tangannya lepas dari tali besi namun Hanbin lebih cekatan memegangi tubuh mungil tersebut lalu mendekapnya di pelukan erat.
"Sudah cukup. Sudah cukup. Ayo pulang, muach muach muach~" pemuda tinggi tidak kuasa menahan rasa gemas pada nyali besar buah hati kecilnya. Junhoe seolah tak punya rasa takut sama sekali.
"Cuni, Cuni eban (Junie terbang). Ingkiii (tinggiii)!" Junhoe menunjuk ke atas.
"Setinggi itu?" Hanbin membeliakkan mata. "Wah, hebat! Kau terbang setinggi itu?"
"Eum!" Junhoe mengangguk mantap.
"Kyeowo!" Hanbin kembali menciumi anaknya membuat balita tersebut tergelak kegelian.
"Hmm," mendadak Hanbin mendapat ide.
"Junie-ya," panggilan sang ayah membuat Junhoe menoleh menatapnya dengan sepasang mata mengerjab.
"Ayo beri Mama kejutan."
"Mm?" Junhoe menelengkan kepala melihat Hanbin menyunggingkan senyum miring.
.
.
.
TBC
Kira-kira Hanbin mau ngapain ya?😳
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...