Sekitar jam sebelas, sosok Hanbin terlihat mendekat dari kejauhan. Topi pantai di kepalanya, kamera tersampir di samping pinggang, dan Junhoe ada di gendongan, sedang mengoceh sambil sibuk menunjuk-nunjuk sementara sang ayah sudah nampak lelah dengan kulit wajah memerah berkeringat.
"Sudah sampai!" Hanbin menurunkan anaknya ke tanah dan langsung berguling terlentang di atas tikar yang telah dipindah Jinhwan ke bawah pohon rindang. "Panasnya..." dia mengeluh.
"Mamaaa!" Junhoe berlari menubruk sang ibu yang tersenyum melihat perbedaan kontras antara stamina ayah dan anak.
"Minum dulu," ujar Jinhwan meraih botol dan gelas.
"Minum~" tanpa disuruh Junhoe mendudukkan diri di samping Jinhwan, menunggu mamanya mengangsurkan air mineral di dalam gelas kesayangan. Sedangkan untuk Hanbin, wanita mungil tersebut langsung memberikan beserta botolnya yang kemudian tandas dalam beberapa teguk saja.
"Lihat popokmu." Jinhwan memegang bokong putranya. "Oke, belum perlu diganti."
Hanbin yang selesai minum menyodorkan botol kosong pada istrinya lalu kembali menyalakan kamera, bermaksud untuk memeriksa foto-foto yang barusan dia ambil namun kesibukan Jinhwan yang mulai mempersiapkan makanan membuatnya ingin membidikkan lensa lagi.
Jepret, jepret! Sosok mungil sang istri terabadikan di memori, membentuk sebuah file elektrik yang menyimpan kecantikan serta senyum hangatnya ketika menanggapi celotehan anak mereka. Jinhwan menoleh pada Hanbin, kembali tersenyum manis tepat saat shutter kamera berbunyi memotretnya.
"Yeppeo~" puji Hanbin puas.
"Mau langsung makan?" tanya Jinhwan.
"Eum," angguk suaminya.
"Neee!" Junhoe berseru keras. "Maem maem maem!" dia mengoceh lapar.
"Sebentar, Mama ambilkan dulu mejamu." Jinhwan memutar badan, mencari meja lipat kecil yang sering digunakan Junhoe ketika makan di lantai sebab balita itu tidak mungkin makan sambil memegang piring dan mengambil makanan dari lantai dapat memaksa dia menunduk terlalu dalam yang beresiko membuatnya muntah.
Jinhwan meletakkan meja di bawah lengan gemuk Junhoe lantas mengambil satu kotak nasi, membuka tutupnya, dan menyodorkan pada Hanbin yang baru selesai mengelap tangan anak mereka dengan tisu basah. Dia memberi putranya mangkuk bergambar anak ayam kuning yang biasa dipakai Junhoe makan lalu mengisinya dengan nasi yang diambil dari kotak bekal milik Jinhwan.
"Dihabiskan ya," sang ibu menyusupkan sebuah sendok kuning di genggaman erat tangan Junhoe yang masih belajar memegang sendok makan.
"Ne~" Junhoe menjawab, dengan pintar dia menyendok nasi dan memasukkannya ke dalam mulut, menyisakan beberapa butir yang menempel berantakan di tepi bibir menuai gelak tawa Hanbin.
"Kyeowo~" desis pemuda dua puluh tahun seraya mengambil butir nasi di sekitar mulut putranya lalu dimakan sendiri.
Menggunakan sendok, Jinhwan memotong sosis goreng menjadi bagian-bagian kecil untuk diletakkan di mangkuk Junhoe. Termasuk juga telur gulung. Hanbin yang melihat kesibukan gadis tersebut mengurus si kecil sampai menganggurkan kotak nasi di depannya lantas mengambil sepotong kimbab.
"Baby," panggil Hanbin membuat kepala Jinhwan menoleh. Dia langsung membuka mulut pada kimbab yang disuapkan oleh suaminya. Junhoe yang memperhatikan hal barusan kemudian meniru, menyendok nasi di mangkuk dan menyodorkan pada sang Mama.
"Oh, kau juga mau menyuapi Mama?" tanya Hanbin takjub.
"Eum," Junhoe mengangguk.
"Gomawo~" Jinhwan memakan nasi di sendok Junhoe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...