Sore itu Hanbin masuk rumah dengan sangat hati-hati, nyaris tanpa suara. Dengan berjinjit dia menuju dapur tempat biasa Jinhwan berada di jam-jam segini setelah memastikan Junhoe sedang bermain sendirian di ruang tengah.
"Baby~" Hanbin memeluk pinggang istrinya dari belakang, mengagetkan Jinhwan yang kala itu sedang mengaduk sup. Dia menoleh ke samping untuk langsung menemukan wajah tersenyum pemuda yang memberi kecupan sayang di sudut bibir sambil tersenyum.
"Mwoya?" desis Jinhwan heran dengan sikap Hanbin yang mendadak romantis, pakai back hug dan cium-cium segala.
"Bantu aku." Hanbin menaikkan alis tebalnya jenaka.
"Bantu apa?" sementara Jinhwan malah mengerutkan kening curiga.
Hanbin melepaskan pelukannya, membuka resleuting tas diikuti oleh tatapan penasaran sang istri. Dia mengambil sebuah paper bag dengan logo boneka dan menunjukkan isi di dalam benda tersebut.
"Kyeooo~" puji Jinhwan gemas menerima sebuah baby jump suit berwarna putih dengan sepasang telinga panjang kelinci di hoodie-nya. "Darimana kau mendapatkannya?"
Hanbin menyunggingkan senyum bangga. "Saat aku sedang berjalan-jalan dengan Jiwon, aku melihatnya dipajang di toko dan langsung mampir untuk membelinya."
"Kau membelinya bersama Jiwon?" tanya Jinhwan heran seraya memeriksa label harga di baju mungil itu. Lumayan mahal, hampir sejumlah uang saku Hanbin selama seminggu.
"Aku bilang aku membelinya untuk Hanbyul."
"Hanbyul sudah empat tahun. Mana mungkin dia cukup memakai ini." Jinhwan menyayangkan suaminya yang tak pandai berbohong.
Hanbin mengibaskan tangan tidak peduli. "Yang penting Jiwon percaya. Cepat ajak Junie mandi lalu pakaikan dia ini. Aku akan menyiapkan kamera."
"Kau yakin dia tidak akan menangis lagi?" tanya Jinhwan.
"Serahkan padaku. Tenang saja." Hanbin mengambil jump suit dari tangan istrinya dan mendorong dia keluar dari dapur. "Mandikan saja dia dan serahkan sisanya padaku."
Jinhwan menurut. "Aduk supnya dua menit lalu matikan kompor." Dia berpesan sebelum beranjak menuju ruang tengah untuk mengajak Junhoe mandi yang mana langsung dipatuhi oleh balita dua tahun tersebut tanpa sedikit pun ia menaruh curiga.
.
.
"Mama. Mama," Junhoe berceloteh riang ketika diangkat ibunya dari dalam bak air. Jinhwan mengambil bebek karet kuning di genggaman tangan gembul bocah itu untuk diletakkan di tepi bathup lagi. "Apa Tayo juja mandi?""Tentu saja Tayo mandi. Tayo itu rajin mandi, belajar, makan sayur, dan tidur siang dengan Papa Mamanya," jawab Jinhwan. "Kalau Junie mau jadi seperti Tayo, Junie juga harus mandi, belajar, makan sayur, dan tidur siang. Oke?"
Senyum lebar merekah di wajah Junhoe yang masih basah. "OKEEE!" dia mengangkat kedua tangan sementara badannya dibalut handuk oleh Jinhwan dan dibawa ke gendongan persis gelundungan lontong.
Jepret, jepret! Di dalam kamar Hanbin sudah menunggu dengan kamera di tangan.
"PAPA!" pekik Junhoe senang melihat ayahnya sudah pulang. "Papa, Cunie mandi!" ujarnya ketika diturunkan Jinhwan ke permukaan kasur. Bocah itu berjalan mendekati Hanbin dalam balutan erat handuk besar yang menutupi hingga ke mata kaki, ia bergerak dalam langkah kecil seperti penguin dan berakhir jatuh akibat terjerat ujung handuk yang melilit kakinya. Hanbin tertawa, tak berhenti menekan shutter kamera sedangkan Junhoe ikut tergelak, berbalik terlentang lantas menggelindingkan badan membuat bed cover tempat tidurnya basah terkena air dari wajah serta rambut balita tersebut.
"Yah, basah! Basah semua nanti," tegur Jinhwan seraya mengangkat badan kecil anaknya dari kasur dan mendudukkan Junhoe di pangkuan. Wanita itu melepas lilitan handuk, mengeringkan seluruh badan serta rambut si kecil kemudian meratakan baby lotion di kulitnya. Jinhwan meraih sisir, merapikan rambut hitam Junhoe yang tumbuh lebat menurun dari Hanbin, dan setelahnya dia memakaikan popok celana pada balita tersebut.
Jepret, jepret! Di sisi lain Hanbin masih memegang kamera dan sibuk menangkap setiap momen Junhoe yang tengah didandani oleh ibunya, mengabadikan interaksi manis ibu dan anak itu ke dalam sebuah gambar yang pasti ketika melihatnya akan memunculkan rasa hangat di dada.
Tanpa banyak bicara Jinhwan meraih baju jump suit putih bertelinga kelinci yang sudah disiapkan di atas kasur namun sama sekali tidak disadari oleh Junhoe. Ibu muda tersebut juga memakaikannya di badan bocah mungil tanpa mengatakan apa-apa supaya putranya tidak curiga. Hanya Hanbin yang tidak dapat menahan tawa melihat betapa polos Junhoe balik menatapnya, tak mengerti kenapa ayahnya mendadak tertawa begitu.
"Sudah selesai." Jinhwan memindahkan Junhoe dari pangkuan lalu membereskan handuk, lotion, baby cream, dan sisir balita itu. "Main sama Papa ya, Mama mau menyiapkan makan malam."
"Ne." Junhoe menjawab patuh, kepalanya mengangguk membuat sepasang telinga di hoodie-nya bergoyang dan Hanbin tak mau melewatkan momen tersebut. Jepret, jepret, jepret! Dengan beruntun dia menekan shutter kameranya.
"Junie-ya, lihat itu di dinding ada apa." Hanbin menunjuk ke hiasan dinding tanaman dari plastik dan Junhoe menoleh memandangnya.
"Ada apa?" tanya si kecil.
"Tidak tahu. Makanya Papa tanya. Kau mau memeriksanya?" balas Hanbin.
"Ne," Junhoe bangkit berdiri, baru dua langkah dia berjalan dia sudah jatuh lagi karena sepasang kaki mungilnya tenggelam di kasur empuk membuat balita yang baru beberapa bulan lalu lancar berjalan menjadi gampang hilang keseimbangan.
"Auw, Cunie catuh~ (Auw, Junie jatuh~)" celetuk Junhoe membuat Hanbin mengerang, merasa menyesal karena tidak menangkap momen barusan ke dalam sebuah video.
Junhoe melanjutkan mendekati hiasan dinding dengan merangkak untuk menghindari jatuh lagi di kasur. Ayahnya tergelak, teringat pada anak itu ketika masih berumur tujuh bulan waktu dia baru saja bisa merangkak.
Junhoe berhasil mendekati hiasan dinding. Ia mengulurkan tangan untuk menggapai daun-daun plastiknya.
"Kyeo~ neomu kyeopta~" puji Hanbin tak henti menekan shutter kamera. Jepret, jepret, jepret, jepret, jepret, jepret!
"Junie kyeowo~"
Junhoe memandang ayahnya tidak mengerti meski dia tetap tersenyum, merasa senang dengan pujian yang ditujukan padanya. Untuk beberapa saat sesi pemotretan Hanbin masih berlanjut dan Junhoe sama sekali tak menyadari jika sedang memakai jump suit dengan telinga kelinci bahkan sampai dia tidur di malam hari. Membuat kamera Hanbin kembali menyala untuk menangkap sosok mungil putranya yang terlelap bagai seekor anak kelinci putih.
.
.
.Liat mereka satu halaman aja Myka udah seneng😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...