[Time skip]
Istirahat siang baru saja berkumandang (ini bukan adzan) dan Junhoe tengah kerepotan membawa setumpuk buku tugas Kimia teman-teman sekelasnya menuju ruang guru. Dia selalu heran, padahal para guru itu bawaannya tidak banyak-banyak amat tapi masih saja suka menyuruh-nyuruh muridnya. Membuat dia jadi ingin merasakan menyuruh-nyuruh adik kelas juga.
Eh, Junhoe 'kan masih kelas satu. Berarti dia yang adik kelas dong. Oke, tahun depan saja nyuruh-nyuruhnya.
Dengan membawa 30 buku tulis, Junhoe berjalan di koridor gedung sekolah yang ramai. Sesekali dia harus berkelit menghindari para murid yang berjalan, berlarian, maupun bercanda. Dapat ia rasakan saku celananya bergetar sejak tadi, itu pasti Daniel yang sedang mengirim pesan maupun menelpon untuk mengajak makan siang bersama.
Sebentar, Niel-ah. Prince Junhoe sedang sibuk.
Dari arah depan dua orang siswa nampak berlari kencang saling mengejar. Junhoe reflek menggeser badan menempel pada tembok. Dia merasa sudah sangat minggir dan memberi jalan selebar satu meter lebih yang bisa dilalui orang dewasa namun tetap saja, bruk! salah satu dari dua siswa itu menabraknya membuat buku-buku jatuh berantakan di lantai.
"YAH!" Suara serak Junhoe menggema. Matanya nyalang menatap dua pemuda yang sejatinya adalah anak kelas dua.
Para senior yang tidak terima diteriaki oleh adik kelas, balas memandang Junhoe dengan galak. Namun bukan Kim Junhoe namanya jika akan ciut cuma dengan pelototan semacam itu. Libasan mata Jinhwan jauh lebih menyeramkan dari dua senior tersebut, apalagi tatapan marah Hanbin...beuh, jangan ditanya. Junhoe bahkan tak mau mengingat-ingatnya.
"MATA kalian ada dimana? Aku sudah minggir!" Junhoe bicara penuh tekanan.
"Apa maksudmu? Kau mau cari ribut?" Tantang kakak kelas.
Jepret! Terdengar suara shutter kamera membuat ketiga pemuda itu menoleh bersamaan ke arah yang sama. Nampak seorang gadis sedang berdiri memegang ponsel memfoto mereka. Sepasang mata bulatnya berkedip polos.
"Apa ini seniority kakak kelas yang membully adik kelas?" Dia menyeletuk. "Aku akan menghapus fotonya kalau kalian pergi."
"Kau...!" Salah satu dari siswa kelas dua itu bermaksud maju hendak mengambil ponsel dari tangan siswi tapi temannya menahannya.
"Jangan bertengkar di sekolah. Bisa panjang nanti masalahnya. Dia perempuan, kau tak akan menang." Temannya membujuk. Ia melanjutkan, "Kalau kami pergi, foto itu akan benar-benar kau hapus 'kan?"
"Ne." Si gadis menganggukkan kepala.
"Ayo pergi," beriringan kedua siswa kelas dua beranjak dari hadapan Junhoe yang hanya bisa mendengus. Padahal kalaupun harus main otot dua lawan satu, dia yakin dia tak akan kalah.
Usai kepergian kakak kelas, pemuda berambut hitam memandang buku-buku yang berserakan di lantai. Dia menghela napas lantas duduk jongkok, memunguti buku satu per satu untuk dirapikan.
Gerakan Junhoe terhenti manakala kedua matanya menangkap pemandangan sepasang paha putih di balik rok pendek yang ikut jongkok dan kedua tangannya mulai mengambil buku. Junhoe menatap gadis yang memperhatikan buku di tangannya dengan mata bulat berbinar penasaran.
"Boleh aku membukanya?" Dia meminta ijin.
"Itu bukan punyaku," jawab Junhoe.
"Ah, jinjja?" Gadis berambut coklat terdengar kecewa. "Caranya menulis nama sangat indah padahal. Aku ingin melihat tulisannya yang lain. "
Alis Junhoe mengerut, merasa bukan pertama kali ini melihat siswi tersebut. Rambut coklat, mata bulat, pipi tembam, dan senyum yang kalem menyejukkan mata.
"Sewoon?" Cetus Junhoe.
"Ne?" Gadis berkulit putih menoleh, dia berkedip heran. "Kau tahu namaku?" Tanyanya sebab ia yakin baru pertama kali ini dia bertatap muka dengan pemuda tinggi dengan rambut hitam serta mata tajam.
"Aku pernah melihat kau dipanggil seseorang." Junhoe ngeles.
"Oh..." Sewoon mengangguk-angguk, percaya begitu saja.
"Dan namamu?" Tanyanya kemudian.
"Junhoe. Kim Junhoe."
"Junhoe-ya? Boleh ku panggil begitu?"
"Eoh." Junhoe mengangguk.
Sewoon terkekeh, terlihat ramah dan baik hati. "Salam kenal."
Junhoe tersenyum, larut dalam aura hangat gadis di depannya.
"Tadi itu, apa kau benar-benar memfoto mereka?" Tanya Junhoe penasaran. "Aku mau lihat fotonya."
Mata Sewoon berkedip lucu. "Sebenarnya aku tadi salah pakai kamera depan. Jadi yang terfoto adalah mukaku." Dia memperlihatkan gambar wajahnya yang nampak terkejut memandang kamera.
"Mwoya?" Junhoe tertawa kecil. "Babo ya?"
"Aku memang sering lupa mengembalikan kameranya." Sewoon mencicit kembali membuat Junhoe tersenyum.
"Kyeowo..." Desis pemuda enam belas tahun tanpa sadar dan ketika dia menyadarinya, ia terkejut.
"Kau bilang apa?" Tanya Sewoon yang tidak mendengar jelas ucapan Junhoe barusan.
"Ti-ti-tidak ada! Aku tidak bilang apa-apa! Iya, tidak bilang apa-apa!" Junhoe menggeleng panik. Kembali, Sewoon mengangguk mempercayainya begitu saja.
Kenapa aku memuji dia sih... Junhoe membatin bingung.
.
.
.
Pulang sekolah dan kepikiran, kalau JuNielWoon jadi cinta segi3 bakal bagus gak😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...