Akibat Membolos Sekolah

1.6K 277 53
                                    

[Time skip]

Ruang kelas A sudah hampir lengkap setiap pagi Daniel tiba di sekolah seperti ini dan saat dia muncul di pintu, teman-temannya akan selalu bergantian menyapa pemuda ramah serta pintar juga tidak sombong dan tak pernah keberatan meminjamkan tugas maupun PR-nya tersebut.

"Woi, Penyusup!" seru seorang siswa manakala melihat sosok Junhoe mengintil di belakang Daniel, mengikuti sahabatnya lalu asal menarik kursi kosong dan mendudukkan diri di sebelah pemuda itu.

"Maaf, anda salah masuk ruangan." Salah satu siswa mengacungkan sebatang coklat pocky ke depan wajah Junhoe yang mendongak dengan ekspresi datar dan mata tajam. Sebenarnya dia tak ada maksud untuk menakut-nakuti, memang mukanya sudah jutek begitu sejak awal membuat orang-orang yang tidak mengenalnya jadi sering salah paham.

"Tolong periksa kembali ukuran kolor anda untuk memastikan anda memasuki ruangan yang benar."

Junhoe menyeringai mendengar ucapan teman sekelas Daniel. "Apa ini ruangan SUPER?" ia bertanya lantas memelankan suara hingga cuma anak-anak lelaki terdekat yang mendengar ucapannya dan para gadis yang merumpi tak jauh dari mereka tidak menaruh perhatian.

"Karena ukuran kolorku XXL," bisik Junhoe disambut riuh sorakan sepertiga penghuni kelas.

"Anjay!"

"Matik! Matik! Matik kutu!" beberapa dari mereka sampai ngakak dan melompat-lompat geli membuat teman-temannya yang lain mengerutkan kening.

"Kenapa kau ke sini? Ada ulangan?" tegur salah satu siswa setelah keadaan kelas kembali tenang. Sebab menurut tradisi, Junhoe tak akan mampir ke kelasnya kecuali untuk dua hal; memanggil Daniel waktu jam makan siang dan belajar sebelum tes atau ulangan.

"Eoh. Matematika dasar. Kalian tidak ada ulangan bab itu?" jawab Junhoe, mengeluarkan buku tebal matematika dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja Daniel sementara si pemilik meja malah memegang buku tebal lain bergambar sampul paru-paru manusia.

"Kalian mau belajar bersama apa gimana? Kok Daniel bawa buku lain?"

"Oh, itu buku hukuman dari Papanya karena dia kemarin membolos. Dia disuruh membaca buku dan membuat rangkuman," jelas Junhoe.

"Lagi!?"

Daniel nyengir.

"Dia diberi pilihan mau membaca buku 2 jilid atau mengulang buku lama. Dia pilih membaca buku 2 jilid. Gila 'kan?" ketus Junhoe.

"Soalnya aku benar-benar bosan kalau harus membaca Biokimia lagi. Waktu mencoba baca buku respirasi, ternyata isinya menarik jadi aku teruskan. Hehe," sanggah Daniel sambil cengengesan.

"Daebak," desis teman sekelas Daniel. "Kau mau membaca 2 jilid buku cuma karena isinya menarik? Kau pikir itu novel?"

"Mirip sih. Hanya saja, novel yang ini tidak ada klimaks dan anti-klimaksnya," jawab Daniel masih dengan tersenyum.

"Kim Junhoe belajar!?" sebuah suara menyeletuk agak keras dari belakang siswa yang sedang bicara dengan Daniel serta Junhoe. "Kau belajar untuk ulangan matematika dasar ya!?"

"Memangnya kenapa?" balas Junhoe.

"Kau BUTUH belajar CUMA buat ulangan, Bro!? YA AMPYUUUN~" siswa tersebut bersikap berlebihan, tak ada niat meledek di kalimatnya, hanya untuk bercanda dan untung Junhoe paham akan hal tersebut. Dia bukan orang asing lagi di kelas Daniel.

"Mulai deh! Riya'! Sombong! Congkak! Sementang kelas A tidak pernah belajar! OK, fine!" suara serak Junhoe menggelegar. "Lihat saja nanti ya kalau ada murid kelas C yang jadi juara paralel satu angkatan!"

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang