Expectation main ayunan sama Papa:
Hanbin's version:
"Tidur di situ. Nah, iya begitu." Hanbin memberi petunjuk pada Junhoe yang mengikuti dengan patuh tanpa menaruh curiga sama sekali.
"Ini? Cini? Idun cini?" Bocah tersebut membaringkan badan di tanah tak jauh dari ayunan.
"Yup! Agak ke samping sedikit. Tengkurap," jawab Hanbin menyiapkan kamera ponsel.
"Siap ya? 3, 2, ..." Pemuda itu menghitung mundur.
"Papa, Cuni idun cini? Wae?" Tepat sebelum Hanbin menekan tombol kamera, anaknya bergerak menoleh.
"Yah," pria itu berdecak. "Diam dulu kalau Papa mau memotret. Diam. Sst!"
Junhoe mengerjabkan mata. "Ne~" ia menjawab lalu kembali berbaring.
"Diam dulu," pesan Hanbin mengingatkan.
Jepret. Jepret. Jepret.
"Nah, selesai," pemuda tinggi memandang puas hasil bidikannya. Dia duduk jongkok, mengulurkan tangan pada Junhoe yang berlari menubruknya.
"Mana? Papa, mana? Oto Cuni (foto Junie)," tanya Junhoe mencoba merebut ponsel Hanbin namun dijauhkan dengan mudah oleh tangan panjang sang ayah.
"Sebentar." Hanbin memasukkan foto ke laman chat-nya bersama Jinhwan.
"Send!" Pemuda itu menekan tombol kirim dan senyuman langsung menghias lebar di wajahnya menuai rasa penasaran Junhoe.
Hanbin:
Hanbin: BABY, JUNHOE!
Hanbin: MAAFKAN AKUUU😭😭😭😭😭
"Papa, apa itu?" Balita dua tahun meminta ponsel ayahnya, mengamati laman chat berisi tulisan-tulisan yang tidak dia mengerti. Junhoe menunjuk foto yang baru saja dikirim Hanbin dengan ujung telunjuk gemuk.
"Ini Cuni," ujarnya diiyakan oleh Hanbin.
"Ayo pulang," ajak pemuda tersebut lantas membawa Junhoe ke gendongan dan beranjak meninggalkan taman.
.
.
Baru juga Hanbin menapakkan kaki di halaman gedung apartemen, ponselnya bergetar.Ada panggilan masuk dari Jinhwan.
Sambil tersenyum-senyum pemuda itu menjawab telpon istrinya.
"HANBIN-AH!? JUNHOE KENAPA? DIA JATUH? DIMANA KAU SEKARANG!?" Terdengar suara Jinhwan panik di seberang sana. Dia juga sepertinya sedang berlari jika didengar dari keras hembusan napas yang masuk ke speaker.
"Junhoe sedang--" Hanbin menoleh memandang bocah kecil yang tengah jongkok di bawah pohon mengamati barisan semut di tanah.
"HANBIN-AH!" Jinhwan berteriak kencang sekali dari pintu lobi apartemen. Dengan cepat wanita tersebut berlari menubruk suaminya yang cengar-cengir.
"Mana Junhoe? Mana dia? Apa dia baik-baik saja? Dia terluka? Kau sudah membawanya ke dokter?" Jinhwan memberondong dengan pertanyaan, air mata sudah meleleh di kedua pipi chubby dan keningnya dipenuhi oleh keringat.
"Kau turun lewat tangga?" Hanbin menebak. "Daebak~" ia kagum.
"MANA JUNHOEEE!?" Jinhwan histeris, tidak mengindahkan pertanyaan Hanbin yang menurutnya tidak penting saat ini.
"Tuh. Sedang melihat semut." Pemuda tinggi mengarahkan dagu pada anaknya yang duduk di dekat pohon. Jinhwan menolehkan kepala cepat.
"Junie-ya!" Panggil Hanbin membuat bocah dua tahun mengalihkan pandangan.
"Sini!" Dengan satu kata itu sosok mungil Junhoe beranjak dan berlari ke arah kedua orang tuanya.
"Mama! Hehehe," Junhoe terkekeh tanpa dosa memeluk kaki ibunya kemudian membuka rok wanita itu dan kembali masuk ke dalam.
"Eeeeh!? Sudah dibilang jangan suka membuka rok anak perempuan! Sini, keluar!" Hanbin jongkok, mengulurkan tangan mencoba meraih anaknya namun Junhoe cuma tergelak, dia mengelak dari tangkapan sang ayah sambil terus memeluk kaki jenjang ibunya.
"Jangan suka bermain dengan rok anak perempuan. Papa saja yang masuk, kau tidak boleh. Sini!" Hanbin berhasil memegang tangan kecil Junhoe dan menariknya keluar perlahan.
"Anniiii! Anniiii! Mamaaa! Hahaha!" Junhoe tergelak, berontak di gendongan kuat Hanbin.
"Jadi, Junhoe tidak jatuh dari ayunan?" Desis Jinhwan menatap suaminya yang tertawa bergelut dengan si anak.
"Anniya. Aku sengaja menyuruhnya tidur di tanah untuk menge-prank-mu," jawab Hanbin cengengesan. "Kelihatan asli ya?"
Bibir tipis Jinhwan mengatup rapat. Perlahan tatapan kedua mata sipitnya menajam. Hanbin yang menyadari hal itu langsung mematung dan perlahan menurunkan Junhoe. Balita yang tidak tahu sedang ada aura panas di antara kedua orang tuanya, langsung masuk lagi ke dalam rok Jinhwan.
"Papa! Papa!" Junhoe memanggil ayahnya, meminta mengulangi permainan mereka barusan.
"Anu, Baby." Hanbin menelan air ludah sebelum melanjutkan bicara pada Jinhwan yang makin sadis menatapnya. "Aku cuma bercanda. Maksudku, aku tidak serius--anu, itu...maaf..."
"Kau tahu seberapa panik aku mengira Junhoe benar-benar jatuh?" Jinhwan bicara dengan geraham bertaut.
"Ne...mianhe..." Bisik Hanbin antara merasa bersalah dan takut menghadapi kemarahan sang istri.
Menyadari Junhoe masih di dalam rok dan tidak mungkin melihat apapun adegan di luar, Jinhwan mengulurkan tangan pada kedua puting di dada Hanbin lalu mencubitnya sekuat tenaga.
"KAU MENYEBALKAN!" Pekik Jinhwan kesal.
"AAAAARRRGGGHHH!" Sementara Hanbin hanya bisa menjerit kesakitan dan ambruk ke tanah memegangi dadanya.
"Papa?" Junhoe yang terkejut akan suara Hanbin langsung mengeluarkan kepala dari dalam rok mamanya.
"Ayo pulang sama Mama. Biarkan saja Papamu di sini!" Jinhwan mengangkat Junhoe ke gendongan lantas melangkahkan kaki gusar, meninggalkan Hanbin yang bergulung-gulung kesakitan di tanah.
"Baby, sakit! Baby, jangan pergi! Jinaaan!" Erang Hanbin melas.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...