"Dan orang yang menyukai seorang Daver Negarald gak cuma dari fisik, patut gue pertahanin. Apalagi kalau itu lo."
-Daver Negarald***
Daver dan Rino memandang intens orang-orang yang berada di belakang Alvano. Keduanya jarang atau bahkan tidak pernah bertemu dengan mereka.
"Oh, sekarang dateng bawa temen," cibir Rino meledek seraya melihat satu per satu orang-orang yang ada tiga jumlahnya. Ia memutar bola matanya malas.
"Lo kira gue gak ada temen?" sergah Alvano.
Rino mengacungkan jari tengahnya. "Ngomong ama jari gue." Evan terkekeh diam-diam mendengar ucapan Rino.
Alvano dengan penampilan sok rapi membuat Daver geli melihatnya. Daver berpikir, buat apa sok rajin memakai gesper dan dasi serapi itu? Mau cari muka di depan cewek-cewek?
Daver menaikkan dagunya. "Kenapa?" Lebih tepatnya, ia bertanya apa maksud kedatangan Alvano.
"Gue baru tau lo se-playboy ini." Alvano tertawa.
"Van," tekan Anara berusaha menghentikan perdebatan yang pasti akan terjadi. Bahkan yang ia takuti, ia akan melihat perkelahian yang sama seperti tempo hari.
Daver berdiri mendekati Alvano tanpa rasa takut. Tangannya gatal. Ia mau merabak wajah sok sangar itu. "Maksud lo apa?"
Alvano menusuk dada bidang Daver dengan telunjuknya. "Lo gak usah sok kegantengan. Lo suka sama Fara tapi mau sok-sok-an jadi pelindung Anara. Lo kira lo siapa bisa seenaknya mainin perasaan cewek?"
Daver menepis tangan najis yang menyentuhnya. Napasnya sengal seketika. Seperti ada emosi yang tertahan di sana dan itu bisa dilihat oleh sahabat-sahabatnya.
Ander —salah satu orang yang tidak ingin kejadian kemarin terulang, berdiri. "Dav, udah, jangan sampe lo dipanggil ke ruang BK cuma gara-gara orang ini."
Daver melirik jutek mata Alvano yang terlihat menantang. Lalu kembali melihat sahabatnya yang sekarang berdiri disebelahnya.
"Gara-gara lo, kemarin gue gak jadi pergi sama Anara," kata Alvano membangkitkan masalah baru.
Anara merasa asing dengan Alvano. Cowok itu terlihat berbeda hari-hari ini. Tidak seperti tempo hari di mana Anara masih merasa nyaman berada di sekitarnya.
Karakter Alvano bisa berubah secepat itu. Anara tidak memercayainya karena cowok itu terlihat menyeramkan.
"Anara pinter, bisa bedain mana hal yang penting untuk dilakuin dan mana yang enggak!" balas Daver tak kalah keras.
Alvano membelalakkan matanya. "Wow, jadi menurut lo, lo penting bagi dia dan gue enggak?"
"Van," sela Anara risi dengan Alvano.
"Apa?"
Anara melihat ke sekitarnya. Hampir seisi kantin menjadikannya pusat perhatian. "Udah. Lo gak lucu tau gak dateng-dateng nyari ribut."
"Belain aja terus orang yang lo—"
"Alvano!" potong Anara cepat.
"Yang lo suka," lanjut Alvano tanpa dosa.
Ternyata selaan Anara tidak membuat Alvano memberhentikan kata-katanya.
Tubuh Anara bergetar. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Alvano. Emosinya sudah sampai tingkat maksimal. Alvano membuatnya malu dan tak berkutik.
Rasanya Anara ingin menjambak rambut Alvano sampai kulit kepala cowok itu robek dan berdarah.
Evan menyadari keringat Anara yang keluar lebih banyak dan mata cewek itu yang memerah. Evan tahu sekarang Anara sedang malu dan bingung.
![](https://img.wattpad.com/cover/160857726-288-k238229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...