"The simple is, Anara always loves Daver every single second that Daver doesn't know."
-Davenara***
Mereka tidak langsung masuk setelah sampai di depan ruang rapat. Daver melepas tangannya dari Anara karena tahu itu tidak berarti bagus untuk cewek itu. Ia memijat keningnya.
Saat tangannya dilepas begitu saja, Anara berusaha sebisa mungkin untuk tidak merasakan kekecewaan.
"Kenapa?" Anara bertanya. Ia bingung pada Daver yang terlihat berbeda saat mengetahui kehadiran murid baru itu.
Daver melihat Anara gereget. "Kalau gue gak dateng ke kelas lo buat jemput lo rapat, lo bisa dimacem-macemin tau, gak?"
"Lah, dia ngikutin gue emangnya gue yang minta?" Anara balik sewot. Tidak terima dirinya dianggap salah.
"Lo, sih, lama ke ruang rapatnya."
Anara geram. "Kok, jadi ngomel? Biasa aja kali ngomongnya!"
"Gue kayak gini karena gue gak mau sahabat gue kenapa-kenapa."
Anara berusaha mengerti karena Daver memang orang yang peduli pada sahabat-sahabatnya.
Tetapi sebenarnya Anara tidak tahu mengapa Daver sebegitu ingin dirinya dan Fara jauh-jauh dari Gema.
Anara juga tidak tahu, 'bahaya' seperti apa yang Daver maksud, dan sebahaya apa Gema sampai harus dihindari.
"Kenapa? Bingung, ya?" tanya Daver saat Anara memandangnya kosong. Lagaknya juga seperti tidak paham.
"Nanti juga lo tau," sambung Daver. "Ayo, masuk, udah ditunggu dari tadi." Daver mencolek bahu Anara, lalu membuka pintu.
Di dalam, Alvano dan Sevila sudah duduk berhadapan. Wajah mereka kusut kesal karena kelamaan menunggu.
"Anara, sini duduk." Alvano menepuk kursi di sebelahnya.
Baru saja Anara mau duduk di samping Alvano, Daver mempercepat langkahnya dan lebih dulu duduk di sana.
Melihat itu, Alvano mencolek bahu Daver kasar. "Lo ngapain, sih?"
"Lo di sini buat ikut rapat, bukan ngerancang modus." Daver menekan kata modus. Wajahnya seperti mengisyaratkan "mampus lo gak bisa deket-deket sama cewek yang lo demen!"
"Ya, udah, sini Anara," pinta Sevila menyuruh Anara duduk di sebelahnya. Tidak mau lama-lama, Anara buru-buru duduk.
"Partner-nya gak bisa diubah, ya?" Alvano membuka rapatnya.
"Enggak," sahut Daver.
"Gue gak nanya lo."
"Gak bisa, Alvano. Kan, udah disuruh sama Pak Santoso. Lo banyak minta deh." Sevila berusaha sabar. Padahal, ia juga tidak mau jika harus disatukan dengan Alvano. Alvano terlalu angkuh, Sevila malas.
"Jadi urutannya gimana?" tanya Anara.
Sevila menjelaskan, "Kata Pak Santoso, sebelum Alvano dan Daver ngajarin praktik, gue sama lo ngajarin mereka teori dulu. Entar waktu praktik, kami berdua cuma dampingi aja."
"Hari apa aja? Mereka lomba bentar lagi, kan?"
"Iya, Dav. Mereka lomba sebulan lagi. Jadi kita seminggu dua kali aja. Cukup, kok. Mereka lumayan terlatih. Cuma butuh review aja."
"Cape anjir. Belum mulai aja gue udah males." Alvano mengeluh, membuat Sevila berdecak dan menendang kaki cowok itu pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...