"Things get worse, squad slays those."
-Zhenix***
"Hai everything!" Daver menyapa Evan, Ander, dan Rino yang sudah tiba duluan di dalam apartemennya.
Untung sekali, Ander masih ingat password apartemen Daver. Kalau tidak, pasti mereka bertiga terkunci di luar karena Daver lama sekali sampainya.
"Tadi gue sama Ander mampir dulu ke vape store, habis itu sempet isi bensin dulu, Rino juga udah ngegodain cewek, terus masih belum nyampe juga lo."
Ander ikut menyahut, "Curiga gak sih, Van, kalo dia jalan-jalan ke Monas dulu?"
Anara terkekeh mendengar celotehan Evan dan Ander. "Tadi ke McD dulu bentar. Nih, Daver inget kalian tuh sampe dibeliin juga." Ia meletakkan dua kantong plastik besar di atas meja ruang tamu.
"Ih, perhatian banget ya, Der? Gak jadi marah deh gue." Evan menyengir lebar.
Daver memasang wajah datar. Ia melihat Anara kemudian. "Tuh, Ra, kudu digituin dia biar mulutnya gak koar-koar."
Anara tersenyum. Ia mendecakkan lidah seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Dasar Evan!"
"Tapi kalo gue sih masih ngambek, ya!" Ander sok-sokan cemberut seperti anak kecil.
Elena yang terakhir berjalan dan menutup pintu langsung menunjukkan kehadirannya di depan ketiga temannya. "Duh, bawel banget, Daver kan lama karena jemput aku dulu, guys!"
"Elenaaaaaaa!" Rino berdiri dan membentangkan tangannya. Sama seperti yang lain, ia rindu melihat wajah Elena setelah cukup lama tidak bertemu.
Elena berlari kecil dan memeluk Rino dengan sebelah tangannya. "I miss you so so much, bro! huaaaa!"
"Miss you more, anjir." Rino melepaskan tangannya. Ia menoyor lembut kepala Elena. "Kurusan lagi lo! Makan yang bener, woy!"
Fara sengaja batuk. Ia melirik Evan dan Rino bergantian. "Ada yang tidak suka melihat anda, Bung Rino~"
"Apa sih, Far," ceplos Evan.
"Dih, tersinggung. Emang gue bilang itu lo?" balas Fara membuat Evan skakmat.
"Oh, jadi Elena gak boleh dipeluk nih?" ledek Rino makin-makin.
Semuanya langsung menyoraki Evan dan Elena. Hal itu membuat keduanya menjadi canggung.
Untuk menetralkan suasana, Elena menghampiri Evan dan memeluk cowok itu dengan sebelah tangan. "Hai, brader-kuuu! Apa kabar?"
Elena hendak melepaskan, namun Evan menarik cewek itu kembali dan memeluknya sedikit lebih lama. "Not as good as when you were there, Na."
Evan membuat dirinya seakan terisak, padahal dia tidak menangis. "Anjay gak bahasa gue?" ujarnya kemudian.
Daver dan Ander ikut terbatuk-batuk seperti Fara, sedangkan Rino dan Anara tertawa geli.
Elena menjambak pelan rambut Evan karena tingkah cowok itu semakin mengada-ada. Kemudian, ia melepaskan dekapan Evan. "Lebay lo najis!"
![](https://img.wattpad.com/cover/160857726-288-k238229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...