18. Elrino

5.1K 383 31
                                    

"Dunia sengaja mengulur pertemuan kita dengan menghadirkan orang-orang baru."
-Davenara

multimedia : Elrino Demarca

***

"Mau makan apa dulu, gak?" tanya Rino dengan volume suara yang besar. Karena suara kendaraan lain seperti bertengkar di telinga mereka.

Anara mempererat pegangannya di pinggang Rino karena cowok itu menaikkan kecepatan motornya.

"Enggak. Lo laper? Kalau iya, gue temenin aja gak apa-apa."

Rino menggeleng. "Gak laper, tapi gimana kalau nongkrong dulu? Es krim, mau?"

Sepertinya anak-anak Zhenix —Daver, Evan, Ander, Rino, Elena, Anara, dan Fara sudah tahu bahwa es krim adalah cemilan favorit Anara.

"Kalau itu mau." Anara tertawa kecil.

"Oke!"

Rino langsung bergegas ke kedai es krim di taman komplek Anara. Memang kedai taman komplek situ adalah tempat yang sering Zhenix datangi. Selain sepi, taman itu juga bagus untuk berfoto.

Sesampainya di kedai, Rino langsung memesan. "Lo stroberi, ya?"

Anara mengangguk. Ia hendak menyiapkan uang.

"Mbak, cokelat satu, stroberi satu, ya."

"Iya, silakan ditunggu," ucap Mbak itu menunjuk meja-meja.

Anara memberikan uangnya pada Rino, tetapi Rino menggeleng. Ia langsung memberikan uangnya pada si Mbak.

"Gak usah."

"Rin—"

"Udah elah. Gue gak mau debat. Ayo duduk."

Rino pergi mengambil tempat duduk di mana Anara menjadi teringat sesuatu akan itu. Anara yang tidak langsung duduk membuat Rino bingung.

Rino melihat bangku Anara. "Ada apaan, sih, Ra? Cicak?"

Anara ingin menjawab jadi inget waktu ke sini bareng Daver berdua, tapi mana mungkin ia menjawab seperti itu.

Alhasil, Anara menggeleng dan langsung duduk. Pas sekali, pesanan mereka datang.

"Oh, iya, tadi ada apaan, sih? Asal lo tau, ya, tadi gue mau ke ruang guru buat ngajuin surat persetujuan partisipasi lomba basket."

Anara menganga. Ia menutup mulutnya dengan tangan, merasa bersalah. "Eh, serius? Maaf maaf!"

"Telat juga minta maafnya." Rino mengambil suapan pertama.

Anara menyengir. "Lagian itu.. tadi Gema sama Alvano debat gak jelas. Gue pusing dengerinnya. Jadi gue kabur, deh. Hehehehe."

Rino menggeleng-geleng dengan tindakan Anara. "Debatin lo, ya?"

Anara mengedikkan bahu, acuh tak acuh. Ia sibuk memakan es krimnya. "Enak." Anara bergumam.

"Ah, pasti beneran debatin lo. Wah, banyak yang ngejar lo, ya, Ra," ucap Rino sambil tertawa. Ia jadi ingat waktu dulu dirinya pun pernah menyukai Anara.

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang