56. Kedamaian

3.7K 299 35
                                    

Notes = di awal chapter ini ada bagian "throwback" untuk penjelasan kenapa Rezo masih hidup. aku sangat saranin kalian baca yaa supaya paham.☺️

jangan lupa klik votenya anddd happy reading!⭐️

***

throwback

Hari di mana penembakan Rezo terjadi.

Letta tidak tahu mau berbuat apa karena hanya ia satu-satunya manusia yang tidak terkapar. Ia telah mengusir Daver dkk untuk pergi tadi. Kini, sendiri juga membuat ia kacau.

"Telepon ambulans.." Tangan Letta bergetar kuat saat mengetuk nomor darurat rumah sakit.

Setelah berhasil menelepon, Letta memandang tubuh Rezo lagi.

"Cek.. cek.." gumam Letta kecil. Ia mengecek denyut nadi Rezo di tangan dan leher.

Ia bengong seketika saat merasakan ada denyut di sana. Karena tidak yakin, ia mengecek sekali lagi. Alhasil, sama. Masih ada denyut yang terasa.

"Kak?" Mata Letta semakin membulat. "Dia masih hidup.. dia masih hidup!" serunya, penuh harapan.

Letta terus menggoyangkan tubuh Rezo dengan eskpetasi setidaknya cowok itu akan mengerjapkan mata.

Sayangnya, Rezo tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Ditambah lagi fakta soal Lardo yang sempat mengecek nadinya dan tidak merasakan denyut. Letta sempat putus asa lagi kalau Rezo betulan meninggal.

Letta takut salah. Ia mengecek lagi untuk yang ketiga kalinya, tapi hasilnya sama. Ada denyut yang terasa.

Bersamaan dengan bunyi tiga ambulans yang datang, tubuh Letta terjatuh lemas. Kepalanya pusing, matanya buram. Ia pingsan.

Semua tubuh yang terkapar di ruang kosong Fightcamp dibawa ke rumah sakit—termasuk Letta.

🚨🚨🚨

"Tiga orang meninggal, satu pingsan, sisa-sisanya luka berat dan ringan," ujar dokter, memberi informasi ke polisi yang ditelepon oleh pihak RS karena peristiwa ini tampak kriminal.

"Waktu kami jemput, gak ada satu pun yang sadar," tambah petugas ambulans. "Mereka semua terkapar. Terutama laki-laki di sebelah sana yang paling parah."

Petugas itu menunjuk Rezo.

Dokter menyahut, "Iya, pasien di sana kondisinya kurang stabil. Beliau cukup banyak kekurangan darah."

"Boleh saya minta data dirinya?" tanya Pak Polisi.

"Maaf, Pak, tapi kami pun pihak rumah sakit tidak menemukan satu pun kartu tanda pengenal diri, kecuali satu perempuan yang belum siuman di sana."

Rezo perlahan membuka mata ketika mendengar bising di ruang UGD tersebut.

"Sssshhh.." Ia meringis spontan, memegangi dadanya.

"Dok! Dok! Pasien darurat nomor satu ada pergerakan!" teriak Suster.

Rezo bisa dibilang gondok di kesadarannya yang seperempat. Ia otomatis menggeram kesakitan.

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang