16. Ternyata

5.2K 398 35
                                    

"I can and i will. Watch me."
-Daver Negarald
(unknown)

***

Daver kesal melihat senyuman yang terlihat seperti sebuah ledekan di matanya. Bahkan ia baru sadar bahwa wajah Lardo lebih ngeselin daripada Gema.

"Di mana Gema?" ulang Daver dengan nada menekan. Mata Daver sangat tajam seperti singa mau menerkam kelinci.

Lardo terkekeh. Bukannya menjawab Daver, ia malah balik bertanya. "Lo ada masalah apa sama Rezo?"

"Lo gak usah ngalihin pembicaraan. Mana temen lo?" Daver masih sabar. Ia pun tidak menyadari mengapa Lardo membahas soal Rezo. Ia tidak mengindahkan itu.

Lardo mendesis. "Dih, ya udah kalo gak mau jawab. Gema gak ada di sini."

Daver membuang arah pandangnya ke objek lain. Matanya mnyapu seluruh ruangan, mencari keberadaan Gema. Ia masih tidak percaya.

"Bim," panggil Daver kemudian saat tidak melihat sosok Gema. Bima tahu cowok itu sedang bertanya padanya.

"Gema belakangan ini emang udah jarang ke sini, Dav." Bima menjawab dengan jujur. "Bukan Gema orangnya. Lo gak usah nyari dia."

"Kalo bukan Gema siapa lagi?"

"Makanya tadi gue tanya. Lo ada masalah apa sama Rezo?" sahut Lardo.

Dahi Daver berkerut. Ia tidak sempat menjawab karena tiba-tiba seseorang membuka pintu Fightcamp. Sungguh, tidak biasanya orang ke sini malam-malam. Karena Fightcamp saja berhenti beroperasi pada pukul 9.

"Anjir, pake dateng lagi," umpat Bima saat melihat Gema mendekati mereka. Bima tahu ini bukan saat yang tepat untuk Daver bertemu dengan Gema. Karena Daver belum tahu yang sebenarnya.

"Dav—"

Bugh!

"BUNUH GUE SEKARANG!" Daver berteriak di depan wajah Gema.

Tinjuan mendarat di pipi kanan Gema saat cowok itu baru saja mendekat. Padahal luka dan memar bekas Rezo masih terasa sakitnya. Sial bagi Gema karena Daver menambah rasa sakitnya.

Daver mencekik leher Gema dengan cara menarik kerah baju cowok itu kuat-kuat. Napasnya memburu.

Tidak ada yang mau Gema lakukan selain berusaha untuk mengambil oksigen. Ia malas melawan. Memang susah menenangkan Daver saat cowok itu sedang emosi.

"Daver!" bentak Bima melerai keduanya. Ia menarik Daver agar cekikan itu lepas. Tapi Daver malah menepis tangannya.

Bima tidak tersinggung. Ya, namanya juga Daver. Cowok itu suka semaunya sendiri—tepatnya saat ia marah.

"Daver, lo jangan bego," ucap Gema santai. Ia memukul tangan Daver membuat Daver melepaskan cengkramannya. "Lo gak bisa tenang dulu? Isi kepala lo emang bara api apa gimana?"

"I'm not kidding now." Daver menggertakan giginya. Ia mundur selangkah menjauhi Gema.

"So am i," balas Gema. "Gue ke sini mau bantu lo. Tadinya gue kira lo gak ada di sini, makanya gue mau ngasih tau sesuatu ke Bima."

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang