25. Berbeda

5.3K 398 103
                                    

"If you want to be seen, make something you can show them. Be someone."
-Anara Emiley

***

"Ra, gue lagi pengen es krim," ucap Evan keras. Suara motornya begitu berisik membuat ia harus berbicara dengan volume tinggi agar Anara dapat mendengarnya.

"Gue ngantuk mau pulang!" balas Anara menolak.

Evan menyergah, "Pokoknya temenin gue makan es krim!"

"Jangan kedai es krim komplek gue, deh. Gue udah pernah ke sana dua kali berdua doang sama cowok. Nanti dikira mbak-nya, pacar gue banyak lagi." Anara terus berceloteh, "Udah, lo belinya di Indomaret aja!"

"Emang dua kali sama siapa, kampret?"

"Sama Daver, terus Rino."

"Sekali ama mereka mau, ama gue kagak. Disuruh beli di Indomaret pula. Dasar tai betina."

Anara melotot. Ia mencubit pinggang Evan sampai cowok itu menggeliat kecil. "Apa? Lo ngatain gue tadi?"

"Cantik. Anara cantik." Evan menggeliat kecil.

"Yang tadi apa? Ulang!"

"Eh, setop! Lo mau kita jatoh?!" Evan menengok sedikit ke belakang.

"Bodo! Sebelum jatoh gue lompat duluan biar lu nyungsep sendiri. Mati lo sekalian," ucap Anara pedas.

Evan tertawa. Anara lucu sekali kalau lagi ngomel. "Iya. Gue mati, terus arwah gue gangguin lo."

"Sepantesnya orang kayak lo arwahnya gak tenang!" balas Anara lagi.

Evan tertawa lagi. Ia menggeleng-gelengkan kepala.

Beberapa saat kemudian, Anara cekikikan sendiri. Ia memukul punggung Evan pelan. "Bercanda. Hehe. Kesian nanti kalo lo matinya gak tenang."

Tanpa seizin Anara, Evan mendaratkan motornya di suatu cafe. Saat ia mematikan motornya, Anara tidak kunjung turun juga.

"Heh! Perlu lo gue gendong biar turun?" Evan menggoyangkan motornya.

"Udah gue bilang, gue mau pulang. Ngantuk banget tau!"

"Turun, gak, lo?!"

Anara berdecak. "Rok gue ribet, nih. Motor lo tinggi, sih! Gendong dong!" ujar Anara usil.

Evan berdecak mendengar kemanjaan Anara. "Ra, gue lempar nih?"

Anara cengengesan. Ia memegang pundak Evan sebagai tumpuannya untuk turun. Ia masuk duluan ke cafe di saat Evan mengantung helm-nya di kaca spion.

Anara mencari duduk, sedangkan Evan beralih memesan minuman. Kebetulan cafe tersebut hanya menyediakan minuman-minuman lucu anak zaman sekarang.

Setelah sudah, Evan menghampiri Anara. Ia duduk di hadapan gadis yang wajahnya terhalang masker itu.

"Daver udah ceritain yang kemarin. Dia juga udah cerita kenapa lo pake masker sama jaket," ucap Evan seraya menggeser pajangan tumbler di tengah meja.

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang