"Hello, King."
-Gema Sergio***
Anara bingung dengan dirinya sendiri yang selalu datang terlambat pada hari Rabu. Entah diakibatkan dirinya yang tadi malam begadang atau bagaimana, intinya Anara jadi harus berhadapan dengan Ibu Erna yang piket hari ini.
"Kenapa terlambat?" Ibu Erna bertanya dengan nada tegasnya.
"Saya.. hmm.."
"Mandinya lama? Atau make up dulu ke sekolah?"
Sepertinya akan berbahaya bila Anara bilang kalau ia begadang. "Tulis aja macet, Bu."
"Tulis aja tulis aja, seenaknya kamu."
"Galak banget, sih, Bu." Syukurnya biarpun begitu, Anara beneran dicatat macet di dalam Surat Izin Masuk-nya.
Mata Anara tidak bisa untuk tidak menoleh pada seorang laki-laki di sebelah kirinya. Sepertinya orang ini telat atau apa. Tapi anehnya Anara tidak pernah melihat dia di sekolah ini.
Tinggi, rambutnya acak-acakan, gaya duduknya tidak sopan, nada bicaranya songong.
Anara memandang cowok itu dari bawah hingga ke atas.
Ibu Erna menunjuk cowok itu dengan matanya. "Sekalian, anterin temen baru kamu."
"Hah? Temen baru? Dia?" Anara menunjuk cowok itu sehingga dia menoleh.
"Hai," sapa cowok itu terdengar garing di telinga Anara. Suaranya yang berat dan asing membuat Anara sedikit merinding.
Namun tetap saja tak Anara hiraukan.
Ibu Erna menyodorkan secarik kertas pada Anara. "Anara, ini surat izinnya. Sana kamu anterin ke kelas kamu."
Anara mengambil kertas itu. Ia berdiri dengan cepat. "Lah? Dia anak baru kelas saya, Bu?"
"Jangan telat lagi," balas Ibu Erna tidak nyambung.
Tahu pertanyaannya tidak dijawab, Anara hanya mengangguk pada pesan Ibu Erna.
"Ayo," ujar Anara datar. Ia berjalan duluan tanpa peduli cowok tadi mengikutinya atau tidak. Yang penting adalah ia cepat-cepat keluar dari ruang guru yang selalu terasa suasana menyeramkannya.
Anara memang begitu. Walaupun ada cowok yang berparas tampan, selalu saja dengan tidak direncanakan ia bertampang jutek.
"Jutek banget, sih, Anara."
Anara heran. Ia memberhentikan langkahnya, menoleh ke belakang.
"Lo tau nama gue dari mana?"
Cowok itu terkekeh seraya berjalan mendekati Anara yang dari tadi menatapnya tidak suka. "Cie, penasaran, ya?"
"Idih." Anara bergidik geli. Ia tidak mau memperpanjang masalah tentang nama. Nanti yang ada malah ia jadi berbincang lama dengan cowok aneh ini.
Anara kembali melangkah menuju kelasnya tanpa memedulikan kata-kata yang keluar dari mulut cowok di belakangnya.
"Masa lo gak tau gue siapa, sih?"
"Pengetahuan lo di luar sekolah kurang bagus ternyata."
"Anara lo denger gak, sih?"
Bertubi-tubi kalimat yang dikeluarkannya membuat Anara begitu geram. "Lo jadi cowok bawel banget, sih? Mau lo anak yang punya sekolah ini atau anak artis pun gue juga gak peduli! Gak usah sksd."
"Iya-iya. Gak usah marah-marah."
Anara semakin dibuat heran ketika ada tiga siswi yang habis keluar dari toilet terkejut dan berbisik-bisik ketika melihat cowok di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...