"I hate it when i have to remember my first aim."
-Barbara Letta***
Senin, 09.30 WIB.
"Hai! Ini temen-temennya Elena, kan? Gue boleh join?" ucap perempuan yang bernama panjang Barbara Letta itu.
Dari nada bicaranya, Anara dan Fara dapat menangkap bahwa Letta adalah orang yang dapat dengan mudah menciptakan keakraban. Perempuan itu juga terlihat ramah sekali.
"Boleh," jawab Fara datar ketika para sahabatnya justru diam memperhatikan Letta.
Anara memberi perhatiannya pada cowok-cowok yang malah berbisik dan tersenyum kesenangan ketika Letta mulai duduk.
"Kenapa?" tanya Letta mau tertawa karena di meja ini dia menjadi pusat perhatian.
Evan menggeleng cepat. "Gak apa-apa kok, Neng. Enjoy aja."
Rino menahan tawa saat Evan merespons Letta. Sahabatnya itu gercep sekali kalau soal cewek.
"Gue boleh tau nama kalian?" Letta bertanya lagi.
"Boleh." Tangan Anara langsung menunjuk satu per satu sahabatnya. "Gue Anara. Ini Fara, Rino, Ander, Evan, sama—"
"Daver?" potong Letta, lalu ia tersenyum ramah. "Iya, kan?"
Anara memandang Letta heran, tapi langsung kembali seperti biasa. "Iya.. Daver."
Anara dapat melihat saat mata Letta menatap Daver. Kemudian Anara melihat Daver. Rupanya cowok itu sedang berbincang dengan Ander.
"Cie, Babang Daver pemes," ujar Rino menatap Daver. Ia menaik-turunkan alisnya dan tersenyum aneh.
"Neng sama Abang aja." Evan menyeletuk. Ia mengedipkan satu mata dengan genit. Hal itu membuat Fara yang duduk di sebelahnya langsung menjewer telinganya.
Evan menjerit, "Aduh sakit, Fara!" Ia memegang telinganya yang menjadi korban pelintiran Fara.
"Jangan malu-maluin!" titah Fara menatap Evan tajam.
"Kampret lo, Far."
Letta tertawa kecil melihat perdebatan kecil antara Evan dan Fara. "Kalian seru, ya. Pasti Elena seneng punya temen kayak kalian."
Rino menggebrak meja tiba-tiba membuat yang lain terperanjat. "Whooo, jelas iya! Seneng banget pasti! Apalagi kita ini cakep-cakep, gimana gak tambah seneng?" ucapnya dengan volume besar.
"Gak usah teriak." Daver mencubit pinggang Rino.
"Yeh, bacot Zero!"
Daver mendesis sebal. Ia menoyor kepala Rino. "Udah gue bilang nama bokap gue bukan Zero."
"Kata Evan, nama bapak lo Zero," ujar Rino dengan santainya. Ia tidak takut disalahkan karena semua bersumber dari Evan.
"Tau dari mana, njir? Kalau bego jangan tularin ke orang!" Daver tertawa melihat wajah Evan yang sok sedih.
Evan mengambil es batu dari bekas minumannya, lalu melempar benda padat itu tepat ke seragam Daver.
"Jorok, sialan!" Daver membersihkan seragamnya. Ia melihat bercak cokelat di sana akibat cairan minuman Evan yang menyelimuti es batu tadi.
Evan terkekeh. "Gak sengaja gue."
"Iya, pulang sekolah gue tabrak lo terus gue bilang gak sengaja boleh, ya?" Daver mengangkat alisnya, bertanya dengan sarkas.
![](https://img.wattpad.com/cover/160857726-288-k238229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...