"I'm making peace and breaking the war inside my head. I beat my monster and cursed my demons."
-Barbara Letta***
"Permisi, Mbak?" Elena mendekati seorang perempuan yang menangis di ruang ganti tempat gym yang setiap minggu selalu dikunjunginya.
Tadi ketika Elena hendak mengambil pakaian untuk mandi, ia mendengar suara isakan yang keras di ruang ganti. Terpancing, ia pun mencari tahu pemilik sumber suara itu.
"Mbak?" Elena memegang pundak perempuan itu dan melihat sisi kanan wajahnya. Ia menganga. "Eh? Letta?"
Elena terkejut. Pertama, kenapa Letta ada di tempat gym langganannya? Kedua, kenapa Letta menangis?
Oke, pertanyaan pertama kurang penting. Lagipula tempat gym ini bisa didatangi siapa saja. Tetapi pertanyaan kedua?
"Lo kenapa, Ta?!" tanya Elena cemas karena tubuh Letta yang menangis itu sedang bergetar hebat.
Letta tidak kunjung bicara. Ia terus menangis sampai Elena bingung harus berbuat apa.
Letta perlahan menghadapkan wajahnya pada Elena. Ia melihat Elena dengan mata sembab nan sayu. "Elena.." Nada bicaranya terdengar lelah. "I lost my whole life.."
Napas Letta terengah-engah seperti orang yang habis olahraga berat, namun tidak. Ia hanya menangis terlalu dalam.
"Fucked up. I'm a mess. Useless. Hopeless. I'm a shit." Letta mengacau. Ia memegangi kepalanya. "Gue gak punya siapa-siapa.."
"Ada apaan, Ta? Ngomong sama gue lo kenapa?!"
Sebagai orang yang pernah satu sekolah dengan Letta, tentu Elena tahu bagaimana kepribadian Letta. Aneh sekali apabila Letta menangis begini, mengingat mental gadis itu sangat kuat.
"Gue gak punya siapa-siapa.." ulang Letta. Ia sesenggukan. "Gue gak punya temen. Semua orang benci gue."
Letta sedang tenggelam dalam kesedihan. Ia berada di titik di mana ia meratapi hidupnya yang tidak senormal orang lain. Tanpa teman dan tanpa kasih sayang. Yang ada hanya kebencian dan kepribadian buruknya yang menemaninya.
Letta melanjutkan, "Setelah gue pikir, gue emang terlalu jahat sama Anara. Gue udah bawa-bawa dia ke urusan Rezo. Gue gak tau gimana caranya buat tebus itu semua, Na. I'm way too stupid. Daver juga gak bakal maafin gue. Gue udah nyakitin cewenya. Fara juga.."
Letta semakin terdengar putus asa ketika ia bercerita. Sampai-sampai Elena dibuat semakin tidak percaya atas apa yang dilihatnya. "Gue jahat ke semua orang. Gue benci diri gue sendiri."
"Jangan kayak gini, Ta. Lo cuma perlu ubah diri lo dan minta maaf yang serius ke mereka." Mata Elena terarah ke tangan Letta yang terdapat banyak goresan luka dan darah kering. "Lo cutting?!"
(Cutting: menyayat atau menyakiti bagian tubuh tertentu karena stres atau depresi. Termasuk gangguan mental)
Letta tidak menjawab. Jujur, dari perasaan yang paling dalam, ia sadar akan sikap buruknya. Ia terlalu semaunya sendiri. Sampai di suatu saat ia berada dalam poin kesendirian, ia baru menyadari itu semua.
![](https://img.wattpad.com/cover/160857726-288-k238229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...