44. Pacaran

5K 327 66
                                    

"She's an angel in a full of demons world."
-Daver Negarald

***

"Saya mau ketemu Bu Natasya." Daver memberi tahu sebelum dua bodyguard yang berdiri di depan rumah ibunya bertanya.

Malam ini, Daver betul-betul memberanikan diri untuk menemui ibunya. Ia tidak peduli bagaimana reaksi wanita itu. Ia hanya menjalankan keinginannya.

"Saya anaknya," jelas Daver lagi saat dua laki-laki bertubuh besar itu malah melihat satu sama lain.

"Oh, baik."

Salah satu dari mereka langsung membukakan pagar agar mobil Daver bisa masuk. Daver yakin pasti mereka berdua adalah penjaga baru.

Setelah memarkirkan kendaraannya dengan sempurna, Daver melangkah masuk ke pintu utama rumah Natasya, rumah yang sangat jarang ia kunjungi.

"Den Daver?" panggil Bi Ana ragu dan tidak percaya, asisten rumah tangga yang dulu mengurus Daver kecil.

Daver menerima sambutan peluk dari Bi Ana. Ia tersenyum cerah ketika melihat kembali wanita tua yang selalu peduli akan kebutuhannya dan menghibur tangisnya.

"Apa kabar, Bi?" Daver melepas dekapan. "Bibi sehat?"

"Iya, alhamdulillah sehat. Astaga, Bibi gak percaya kamu ke sini." Bi Ana berbinar-binar. Bibirnya mengerucut. Ia hampir menangis. "Kamu sudah besar jadi ganteng banget loh!"

Daver hanya bisa tersenyum sambil mengelus pelan pundak Bi Ana.

"Den cari siapa?"

"Cari.. Mama."

Bi Ana sedikit menganga. "Den.. tumben? Anu, maaf. Tapi kan Den udah lama gak—"

"Daver?"

Daver dan Bi Ana menengok bersamaan.

"Bu, Den Daver datang!" seru Bi Ana menggebu-gebu.

Memang karisma Natasya tidak main-main. Wanita itu turun dari tangga mewah rumahnya. Masih terlihat cantik, elegan, dan yang pastinya awet muda. Meski sudah berkepala empat, wajahnya tidak menampakkan kerutan.

"Ada apa kamu ke sini?" Wajah tegas Natasya tidak hilang. Ia mendekati Daver dan Bi Ana.

Raut muka Bi Ana berubah. Natasya terlihat tidak bahagia.

Jujur, Daver kikuk sendiri. Bingung mau jawab apa.

"Setelah hampir empat tahun berjalan, baru sekarang kamu ingat rumah?" Natasya bertanya, mengangkat alisnya.

Daver sudah menyangka hal ini akan terjadi. Ia jadi malas melihat sinar mata Natasya. Lebih baik melihat ke lantai saja.

"Bi, masuk," pinta Natasya pada Bi Ana yang langsung dituruti.

"Kamu gak mau jawab, Daver?" ulangnya.

Alis Daver bergerak spontan. Ia menatap Natasya. "Mama apa kabar?"

Hati Natasya tersentak ketika dirinya dipanggil dengan sebutan itu lagi. Sudah sangat lama ia tidak ditengok oleh Daver. Apalagi pertemuan terakhir mereka berlangsung sangat buruk.

Natasya tidak menjawab dan itu membuat Daver semakin menyesal telah datang.

"Duduk," suruh Natasya pada Daver. Ia mengambil tempat duduk di sofanya.

Daver terpaksa ikut duduk walaupun sedang tidak ingin.

"Iya, Daver salah karena gak inget rumah. Sekarang Daver sadar kalo Daver punya orang tua yang gak seharusnya diperlakuin kayak gini," ucap Daver dengan berani membenarkan Natasya.

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang