51. Keinginan

3.2K 283 27
                                    

"Sucks when you want to be heartless, but you know that's not how you are."
-Daver Negarald (unknown)

***

Daver pulang dengan perasaan yang acak-acakan. Ia melempar tasnya asal dan membanting tubuhnya ke sofa.

Tidak bisa menahan gusar, Daver meraung keras seakan mengeluarkan kekesalan yang ia tahan dari tadi. Napasnya kembali tidak teratur.

Ingin bercerita pada Ander, ia pun mengambil ponsel dan pas sekali ada notif.

Mom
Besok mama ke apartemen boleh?
Mama lg mau anter makanan buat kamu😄
Sekalian mau ngobrol nak

Daver membaca dengan wajah yang sangat datar. Alih-alih menjawab, ia malah membuka ruang obrolannya dengan Anara sebelum menelepon Ander.

Jarinya sempat ragu sampai berhenti bergerak. Namun, ia tetap melanjutkan.

Daver Negarald
Call me if you need ya ra
But if you dont, just do it's fine

Daver berharap Anara akan membalas. Akan tetapi sangat disayangkan. Sampai pagi dan Daver tidak tertidur pun, pesan tersebut tidak kunjung dibaca.

🥀🥀🥀

Seharian menggunakan masker, Anara tidak mau menunjukkan wajahnya di sekolah. Kalau tidak mendekati waktu ujian, ia yakin tidak akan masuk hari ini.

"Ra, jangan kira gue gak bakal bahas hal yang kemarin lagi loh," ujar Fara, saat Anara selesai mengerjakan sepaket soal.

Dari tadi Anara selalu menghindari topik pembicaraan Fara mengenai apa pun. Ia juga menghindari tatapan sahabatnya itu.

Namun, akhirnya Anara memutuskan untuk melihat mata Fara untuk yang pertama kalinya pada hari ini. "Please, Far, stop. Gue—"

"Anjir, eh? Mata lo kenapa? Merah banget! Lo sakit?" Fara mendekat untuk memperjelas pandangan. "Bengkak lagi!"

Anara langsung mengalihkan pandangan ke buku. Ia menggelengkan kepala tanpa memberi jawaban secara lisan.

"Kacau." Kepala Fara bergeleng heran. "Lo makin hari makin berantakan, Ra. Ditambah lagi lo gak cerita apa pun ke gue. Mau lo apa sih?"

KRINGGG!

"Anak-anak, tugas paling lambat dikumpulkan istirahat kedua. Sisa dua anak lagi, Fara dan Vira." Ibu Dwi melihat Fara. "Fara, kapan kamu mau kumpul?"

"Tau gak sih gue kayak gini karena gue peduli sama lo?" Bukannya menjawab pertanyaan guru, Fara malah menarik Anara untuk berdiri. "Ikut gue keluar!"

Anara menarik tangannya. Ia memandang malas Fara. "Ngapain? Gue gak ke kantin."

"Ikut atau gue panggil Daver ke sini?"

Anara berdecak. Ia memilih untuk berdiri dan ikut dengan Fara entah ke mana gadis itu membawanya.

"Nanti saya yang tanya ke Fara ya, Bu," ujar Sevila, selaku ketua kelas yang tidak enak pada Ibu Dwi karena Fara tidak acuh pada tanggung jawabnya.

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang