50. Terluka

4K 303 41
                                    

"He knew i needed space, but he didn't know i needed it between us."
-Anara Emiley
(a.d)

***

"Fara, jangan lupa sarapan! Nanti mag kamu kambuh!" teriak Venya, Bunda Fara.

Fara turun dari tangga, mengambil selembar roti, dan mengapitnya di bibir. Selanjutnya, ia bergerak memakai sepatu di sebelah Venya.

"Pelan-pelan aja. Masih pagi kan?" tanya Venya sambil fokus ke ponsel.

Fara tak sengaja melirik sekilas layar ponsel Venya. Ketika melihat nama Natasya terpampang di ruang obrolan ibunya, Fara langsung berdecak.

"Mama masih kontakan sama mamanya Daver?"

Pertanyaan Fara membuat Venya langsung menyembunyikan ponselnya.

"Iya lah. Masa enggak? Kami kan partner."

"Ngomongin apa?" Fara mendekat agar bisa melihat. Ia memperingati, "Gak ada ya ma ngomongin aku sama Daver."

Venya bergeser menjauh. "Apa sih?" Ia tertawa pelan. "Kepedean kamu. Orang Mama omongin soal kerjaan!"

Fara mengentakkan kaki ke lantai. Ia tadi sempat melihat sekilas namanya dan Daver menjadi bahan pembicaraan. "Ma, serius! Aku gak enak sama Anara. Dia pacarnya Daver. Stop lah deketin kita berdua. Kondisinya udah gak kayak dulu lagi!"

"Apa sih, Sayang?" Venya menahan tawa melihat putrinya rewel. "Semuanya bisa berubah kok. Tante Natasya yang atur semuanya."

"Hah?" Fara menganga bingung. "Atur apa maksudnya?"

Ketika Venya tersenyum penuh arti, Fara mulai curiga. "Ma, gak ada macem-macem kan?"

Venya malah tertawa salting. "Mau tau aja atau mau tau banget?"

Fara berdecak. "Ma, aku serius ya! Mama sama Tante Natasya ada rencanain apa?"

Tubuh Venya mendekat ke arah telinga Fara. Wanita itu berbisik, "Tante Natasya lagi usaha supaya Anara putusin Daver."

"Hah?!" Fara berdiri. "Sumpah?! Apa-apaan sih? Gak lucu banget tau gak!"

Venya mengernyitkan kening. "Loh? Kenapa marah? Anara aja gak marah." Ia mengibas tangan di udara. "Mama tau kalo Anara orangnya penyabar banget, Sayang. Dia bakal baik-baik—"

"Baik-baik aja Mama bilang?" Fara bergeleng heran. "Ini masih zaman apa Mama maksain kehendak orang? Pake acara deketin aku sama Daver segala. Aduh, kalo aku yang diginiin sama orang tua lain emangnya Mama gak sedih?"

"Hubungan di jenjang SMA tuh gak serius, Fara. Mereka pasti masih cinta monyet. Kamu gak perlu khawatir karena gak ada yang bakal terluka di sini." Venya penuh pembelaan.

Fara mendesis. Lama-lama, ia bisa stres menghadapi ibunya sendiri yang sangat keras kepala.

"Mau sebesar apa pun usaha Mama, aku gak bakal nurut."

"Kamu kan dulu sayang banget sama Daver. Inget gak? Dulu kalian deket banget," cetus Venya.

"DULU, Ma! Mama sendiri pake kata "dulu" kan? Kalo dulu ya dulu! Aku sama Daver masing-masing udah punya orang yang kita sayang sekarang!"

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang