54. Motif

3.3K 283 50
                                    

"And i hope you could find a family like Zhenix in your life."
-Fara Maria

***

4 hari kemudian..

Selama hari-hari ujian berlalu, Fara tidak pernah tidak mengalami sesuatu yang aneh dan mengganggu dalam sehari.

Sehari setelah Rezo datang kemarin, Fara mendapat pesan yang bertuliskan "Cuma Daver yang bisa jagain lo."

Dua hari setelahnya, ia dapat lagi. "Bebal banget dah lo ngelawan orang tua terus."

Dan hari ketiga, Fara mendapat kabar dari Venya bahwa saham perusahaan orang tuanya turun drastis.

"Lo pusing, Far? Lemes ya?" tanya Rino, memperhatikan Fara yang sangat lesu dari kemarin.

"Gue udah gak tidur tiga hari. Gue gak bisa mikir ngerjain apa tadi."

Letta duduk di sebelah Fara. "Masih kepikiran ya?"

Fara merengek. "Yaiyalah! Huhu lagi berantakan banget gue. Siapa sih orang iseng yang kirim-kirim SMS gak jelas kayak gini?"

Fara memberi unjuk isi-isi pesan yang ia dapat dari kemarin.

"Ditambah lagi ada kabar saham nyokap gue turun. Kayaknya gue lagi sial gitu gak sih bulan ini?"

"Ngaco lo," sambar Daver. "Lo jangan ngerasa terbeban sendiri. Ntar kita cari tau bareng-bareng siapa yang kasih lo SMS kayak gitu."

"Perlu ke rumah sakit gak, Far?" tawar Ander.

Rino menyahut, "Iya tuh. Harus dibawa ke rumah sakit atau minimal beli vitamin. Gak ada stamina badan lo."

Zhenix rasa ini sudah tidak normal lagi. Wajah Fara tampak seperti tidak ada kehidupan. Gadis itu betulan kurang tidur.

"Gak usah. Yang penting gue tau dulu siapa dalangnya." Fara mematikan ponsel. "Ini yang bikin gue stres soalnya."

"Lo tanyain ke Anara aja. Biasanya dia lancar mikir beginian," usul Evan.

"Eh iya, Anara mana?"

🥀🥀🥀

Ketika para murid sibuk membahas soal ujian Bahasa Inggris tadi, Anara justru mencari keberadaan Alvano.

"Alvano!"

Alvano menengok.

Anara melewati kerumunan murid untuk menghampiri laki-laki itu.

"Bisa ngomong berdua bentar?"

Alvano menyingkir dari teman-temannya. Ia berjalan ke arah pojok di mana tidak terlalu ramai orang di sana.

"Kenapa, Ra? Tumben banget." Ia terkekeh pelan.

Anara gak tahu mau bertanya dari mana. Saat di hadapan Alvano, ia malah linglung sendiri. Pasalnya, ia tidak terlalu yakin kalau Alvano pelakunya.

"Gue mau tanya sesuatu." Anara berdeham. "Lo waktu itu ada tanya alamat Fara kan ya?"

Alvano berpikir sebentar, lalu mengangguk. "Ah, iya. Kenapa emangnya?"

"Itu buat apa?"

"Buat guru yang minta lah!" Alvano mengernyitkan alis. "Masa buat gue apelin."

"Emang guru gak punya alamat Fara ya? Maksudnya.. mereka kan bisa liat di data tata usaha."

"Duh, gue gak tau deh. Gak ikut campur juga." Alvano menunjuk pintu ruang guru. "Lo tanya sendiri aja ke gurunya. Gue cuma—"

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang