12. Anara's Bad Day

6.5K 447 64
                                    

"I've through so hard, i've learnt so many."
-Anara Emiley

***

Lagi-lagi tadi malam melelahkan pikiran dan perasaan Anara.

Hari ini Anara berangkat ke sekolah dengan mata sembab. Kemarin, setelah Daver pergi, Jeff—ayahnya, pulang dengan kemarahan.

Jeff menemukan bukti di mana Lena tengah berselingkuh. Keduanya bertengkar hingga Jeff main tangan. Karena memberikan pembelaan untuk ibunya, Anara ikut tertampar.

Ia tahu ia membela yang salah. Tapi itu satu-satunya cara agar Lena tidak diperlakukan kasar terus menetus oleh Jeff. Anara terlalu mengasihani ibunya. Tapi ujung-ujungnya, ia juga yang kena.

Anara pusing. Anara lelah. Jika Tuhan berkenan, Anara sangat ingin kembali kepada-Nya sekarang juga.

Menurut Anara, mereka yang menangis pijar hanya karena cinta adalah mereka yang lemah. Mereka belum merasakan bagaimana sakitnya menjadi anak broken home.

"Anararararararara! Ente kenapa, sih? Murung amat mukanya?"

Anara sudah berusaha sebisa mungkin untuk menutupi matanya yang sembab dan pipi kanannya yang memerah dengan masker.

Tapi sepertinya tetap saja terlihat karena ia dipandang begitu intens dan heran oleh Evan saat berpapasan.

"Ra, jawab, oy!" Evan mengguncang pelan tubuh Anara. Wajahnya khawatir, namun tidak hilang kesan kocaknya. "Lo kenapa?"

Jika ditanya soal keadaannya yang sedang tidak baik-baik saja, Anara malah tambah sedih. Makanya Anara paling tidak mau ditanya saat sedang begini.

Karena tidak dijawab, Evan bertanya lagi. "Itu muka kenapa?"

"Gak apa-apa!" jawab Anara ketus. Kalau tidak mengetuskan diri, ia tidak bisa menahan tangis.

..dan Evan belum menyerah. Ia akan terus bertanya. "Digigit nyamuk, ya, makanya merah kayak gitu?"

Anara memutar bola matanya malas. Kalau lagi ceria, pasti ia akan tertawa. Tapi sayangnya tidak.

"Dih, lo ditanyain malah kayak gitu. Nangis pasti, nih? Gara-gara siapa emangnya? Daver?" Evan mencoba tebak-tebak berhadiah, lagi.

Anara berdecak malas. Sedikit amarahnya naik oleh karena Evan. "Bisa, gak, lo buang jauh-jauh dari pikiran sok tau lo soal gue yang gampang nangis karena cowok? Gue gak se-mellow itu!"

"Masih pagi udah galak aja! Kan, cuma nanya!" Evan mulai sewot. "Ya, udah, gue mau ke kelas dulu. Jangan jutek kayak gitu, muka lo itu gak ada bedanya sama ibu kos!" Kemudian, cowok itu menjambak pelan rambut Anara dan langsung mengibrit sebelum diomeli.

"EVAAAAAAAAAN!"

🥀🥀🥀

Ander bersiut memberi kode untuk memanggil Fara. Untungnya karena Fara pekaan, ia menengok.

"Apaan?"

Ander menunjuk Anara dengan arahan kepalanya. Lalu bertanya dengan volume kecil, "Lagi kenapa bocah?"

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang