01. Maaf

11.3K 823 69
                                    

"Hati gue ada di tangan lo. Dijaga atau dihancurkan itu terserah lo. Asal jangan lupa bilang-bilang. Satu hal, kalo gue nangis, jangan heran."
-Anara Emiley

***

"Punya pacar tukang ngekang,"

"EAAAA!"

"Sekali selingkuh, tamparan melayang!"

"EAAAA!"

"Anara cantik punya-nya akang." Daver, Ander, dan Rino diam menunggu isi pantun selanjutnya dari Evan.

"Neng harus tau, kalo akang selalu sayang!" seru Evan melanjuti. Ia bertepuk tangan sendiri karena bangga dengan pantun yang dibuatnya. Teman-temannya langsung menyambut dengan tawa yang berbahak-bahak.

Sedangkan Anara, tubuhnya merinding geli mendengar pantun menjijikan dari Evan.

"Sebenernya garing pantunnya," sahut Ander. Evan memicingkan mata karena kesal.

Ander mengaitkan tangannya di pilar bertujuan untuk menghalangi jalan Anara. "Mau ke mana, Ra?"

Anara mendengus sebal. "Bisa gak gak usah halangin? Gue mau ambil buku."

"Apa? Halalin?"

Rino menarik telinga Evan. "Maaf, ya, Ra. Harusnya Evan masuk SLB. Tapi dia malah masuk ke sekolah ini. Ya, lo ngerti maksud gue, lah."

Mendengar itu, Evan langsung menarik cabang rambut Rino sehingga keluar erangan keras dari laki-laki itu.

Anara jadi tertawa karena tingkah mereka. Kemudian ia menyadari sesuatu. "Oh, ya, kalian ngapain di luar kelas? Bukannya belajar malah ngobrol di luar kelas. Keliatan di CCTV tau! Kebiasaan buruk!"

Rino tertawa kecil lalu mengibaskan tangannya ke udara. "Ah, Anara, kayak gak tau kita aja."

Anara menggelengkan kepalanya berulang kali. Sudah bukan hal asing lagi karena mereka sering melakukan ini.

Tanpa sengaja, pandangan Anara meleset ke arah Daver. Karena tumben, Daver tidak menyahut seperti biasanya.

Tepat sekali. Daver juga sedang melihat Anara.

Mungkin Anara sudah terlalu suka. Sampai-sampai hanya karena bertatap mata saja, hati Anara berdesir.

Mata Anara berbinar saat melihat Daver hendak mengeluarkan suara. "Ra, liat Fara gak?"

Anara mengepalkan tangannya saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan dari mulut Daver.

Bukan itu pertanyaan yang Anara mau.

"Tanya aja ke gua, gua tau. Kan, sekelas gua," celetuk Ander karena laki-laki itu kesal dengan Daver. Sudah tahu Anara suka padanya, tetapi dia malah bertanya tentang perempuan lain kepada Anara. Memanas-manasi atau bagaimana?

Ander tahu. Meski hanya pertanyaan kecil, itu mampu menghancurkan hati Anara. Ia peka.

Daver bersandar pada dinding. Lalu menaik-turunkan alisnya karena Anara belum juga menjawab. Pada saat itu juga, Anara meneguk ludahnya. Daver mampu menarik perhatian Anara hanya dengan memainkan alisnya.

"Gak tahu. Tanya aja sahabat lo. Udah, minggir!" Anara menepis lengan Evan dengan keras sampai laki-laki itu meringis kesakitan.

"Lo kan sahabat gue juga," celetuk Daver saat Anara berjalan melewati mereka.

Anara kesal. Dasar Daver bodoh! Masa bodo dengan pertanyaan itu. Fara terus yang dipertanyakan. Bagaimana dengan hatinya yang belum pernah diperhatikan?!

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang