08. Jujur

7.7K 660 89
                                    

"Stop being this cute, Anara."
-Daver Negarald

***

"Gue lagi males, Van."

"Ayo, lah. Gak setia kawan, lo."

"Hadeh, Jupardi."

Mata Evan bersinar saat melihat Daver akhirnya mau membuka aplikasi PUBG setelah dipaksa berkali-kali. "Yey, baik banget, Gantara."

Seperti itu persahabatan mereka. Nama orangtua selalu menjadi nama panggilan.

"Ah, lupa, kuota gue sekarat." Evan melempar ponselnya ke meja. Ia mengacak rambutnya dongkol.

"Lo yang ngajak, bodoh. Pake wifi sekolah," aju Daver memberi ide.

"Lemot tau!"

Daver malas mengurusnya. Ia memilih untuk keluar dari aplikasi PUBG. "Gak usah, lah, udah."

Evan berdecak kecewa. "Padahal lagi pengen gua."

Daver menoyor kepala Evan. Ia tertawa melihat wajah sahabatnya yang kecewa hanya karena tidak bisa mabar dengannya. "Makanya modal dikit."

"Gue lupa kuota gue tinggal seratus mb. Daripada gue paksain terus ngadet, kan." Evan membela diri. Selalu.

"Eh, iya, heh!" Daver berseru langsung. Ia memukul lengan Evan membuat cowok itu kebingungan.

Daver teringat akan sesuatu yang ingin ia sampaikan.

"Apa, sih, Ro?"

"Gue Daver bukan Zero."

"Manggil lo enakan Zero."

"Udah, lah, gue mau ngomong."

"Iya, apaan?" Wajah Evan sok serius. Daver jadi tertawa melihatnya.

"Bohong lo, ya, sama gue!"

"Bohong apaan?" tanya Evan merasa tidak jelas.

"Lo bilang Anara suka sama gue. Kentut, lo! Kagak, tau!"

Mendengar itu, Evan tertawa terbahak-bahak sampai ludahnya muncrat ke mana-mana. Hal itu membuat Daver melihatnya sangat jijik dan malu.

Malu, punya sahabat setidak jelas ini sampai begitu saja tertawa keras.

Daver memandang Evan geli. "Kenapa lo? Ketauan bohong, kan, lo?!"

"Lo pede bener, sih," ucap Evan di sela tawanya.

"Gue cuma penasaran. Makanya gue nanya ke dia. Tapi dia bilang kalau lo bohong. Ya, gue gak masalah kalau emang enggak." Daver mengedikkan bahunya.

Evan menepuk pundak Daver dua kali.
"Gue emang cuma bercanda waktu itu. Udah, lupain aja."

"It's okay."

"Ngarep, lo?" ledek Evan.

Daver menggeleng keras. Ia mengambil tas yang tadinya ia taruh di kursi. "Kagak, lah. Udah sore, gue mau balik. Ikut, gak?"

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang