"It's okay if we aren't together. At least we are under the same sky. But sorry if i'm jealous too much. I just can't control it."
-Anara Emiley***
Daver terkejut saat ia baru keluar dari toilet. Bagaimana tidak?
Letta berdiri di belakang tembok dan tiba-tiba keluar, berjalan cepat hingga sampai di hadapannya. Dengan senyum paginya yang ceria, ia menghalang jalan Daver.
"Masih pagi," ucap Daver tidak pakai niat.
Alis tebal Letta berkerut, lalu ia mengangguk membenarkan. "Iya, tau. Makanya itu, gue mau ucapin sesuatu. Good morning Daver!"
Daver menghirup udara sebanyak-banyaknya. Sebenarnya, ia paling tidak suka diganggu pagi-pagi. Maka dari itu, ia mencari pasokan kesabaran.
"Mau apa?" Daver memandang Letta tanpa ekspresi di saat cewek itu justru selalu tersenyum sumringah.
"Mau minta maaf soal yang kemarin."
"Ya, gue maafin. Sampe lo bohong lagi, gue sumpahin lo beneran sakit perut dua minggu."
Daver berjalan begitu saja meninggalkan Letta. Ia mau balik ke kelasnya. Namun, sayangnya Letta tetap mengintil. Kalau begini, Daver menyesal ke toilet pagi-pagi sebelum bel masuk.
"Kata orang-orang, lo ramah. Tapi sama gue, kok, jutek banget?" Letta memperbesar langkahnya karena Daver berjalan begitu cepat.
Daver melihat Letta yang lebih pendek darinya dengan cepat. "Karena lo gak bersikap normal."
"Hah? Gue gak gila, kok! Gue normal-normal aja!"
Daver diam, lelah menjawab.
"Dav, gue mau tanya, dong!"
Daver tetap tidak menghiraukannya.
"Daver~"
Daver merinding dalam hati. Ia baru saja mendengar nada manja yang paling menjijikkan di dalam hidupnya.
"Daver, diem aja lo, mah!"
"Daver!"
Daver menghentikan langkah tiba-tiba membuat Letta hampir menubruknya. Pandangannya fokus pada Anara dan Gema yang berdiri di depan pintu kelasnya. Keduanya terlihat berdebat, tapi dalam bentuk bercanda. Daver meyakini itu karena Anara sedang tertawa.
Kenapa di mana-mana ia selalu menemukan Anara bersama Gema? Kenapa keduanya terlihat semakin dekat? Daver mendengus menyadari fakta itu.
Bagaimana jika lama-lama Anara jatuh hati pada Gema?
"Daver—"
Daver menghadap ke Letta. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia memicingkan mata, melihat Letta dengan kesal. "Lo gak bisa diem sedetik aja? Apa, sih, yang mau lo tau dari gue?"
Letta menyengir. "Jangan marah, dong. Hehe."
"Apa? Lo mau tanya apa?" Daver berusaha untuk berbicara dengan tidak kasar mengingat Letta adalah seorang perempuan.
Ketika diberi kesempatan, Letta berseri-seri. "Lo udah punya pacar?"
"Belom."
Letta tersenyum lebar, menunjukkan jejeran gigi putihnya. Raut bahagianya muncul dan Daver dapat menangkap itu.
"Udah tanyanya?" tanya Daver capek.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...