"This is unusual."
-Daver Negarald***
Anara pulang pada pukul sebelas malam. Ia diantar oleh Ander tadi karena jalan rumah mereka searah. Kebetulan, Anara berpapasan dengan Jeff—ayahnya—yang baru pulang kerja.
"Anara," panggil Jeff dengan suara beratnya.
Anara menoleh malas. Mengingat betapa buruk karakter yang dimiliki ayahnya, Anara benar-benar sudah kehilangan respek dengan laki-laki paruh baya itu.
Jeff melepas sepatunya, lalu melempar ke rak. Ia memandang Anara dengan mata mengantuk. "Kenapa kamu baru pulang?"
"Ada acara tadi." Anara berucap singkat. Ia buru-buru masuk ke rumah agar tidak berbincang lama dengan Jeff.
Jeff sudah terbiasa dengan sikap Anara yang ketus padanya. Untungnya, ia tidak terlalu mempermasalahkan itu walaupun kadang merasa kesal.
Anara melangkah masuk. Ia bertemu Lena—ibunya—yang sedang berkutat dengan peralatan dapur.
"Papa pulang, tuh," cetus Anara sekadar memberi tahu. Saat melihat wajah ibunya, lagi-lagi Anara mengingat kejadian di taman waktu ia mendapati Lena bersama dengan laki-laki lain.
Anara rasanya mau mengeluh. Bingung bisa punya orang tua yang sama-sama buruknya. Biarkan Anara dosa karena berpikir seperti itu. Ia benar-benar muak.
"Kamu, kok, gak hubungin mama kalau mau pulang malem?" tanya Lena saat Anara mau masuk ke kamar.
"Handphone mati," jawabnya tanpa menoleh sama sekali. Setelah menunggu beberapa detik untuk memastikan ibunya tidak bertanya lagi, Anara langsung masuk ke kamar.
Hal pertama yang Anara lakukan adalah menge-charge ponselnya yang mati sejak pulang sekolah tadi. Setelah itu, Anara melepas masker, bersih-bersih dan memberi obat merah pada lukanya.
"Sssh.." desis Anara ketika diolesnya obat merah pada bagian-bagian yang luka.
Ketika Anara memandang luka dan lebamnya satu-satu, kejadian yang menyebabkan itu langsung terkilas di benaknya.
Anara ngilu sendiri saat membayangkan ulang. Ia trauma sekali. Ia bingung akan apa yang dipikirkan dua orang berbadan besar itu sampai niat sekali berbuat kasar padanya. Dan, ya, mereka berdua ialah orang yang Anara temui di sekolah.
Bunyi dentingan dan getaran terdengar dari ponsel Anara yang menyala otomatis. Gadis itu mengintip dari jauh. Ternyata tadi sore ada panggilan dari Daver sebanyak dua belas kali.
Anara tersenyum simpul. Apa ia harus begini dulu baru Daver memperhatikannya?
Tok tok tok!
Pintu kamar Anara terbuka. Lena masuk membuat Anara langsung menutupi tangan dan setengah wajahnya dengan selimut. Ia juga tidak jadi mengangkat telepon Daver.
"Kamu kenapa?" tanya Lena panik. Ia sempat melihat itu sekilas sebelum Anara menutupinya.
Anara menggeleng berulang kali.
"Tadi mama liat.."
"Bentol digigit nyamuk." Anara berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...