"Best friend is not about distance."
-Anara Emiley***
"Ayo ke sana." Daver membiarkan Anara jalan lebih dahulu. Meskipun ia menunggu agak lama, Daver baru melangkah saat Anara mulai berjalan.
Tiba di lapangan, adik kelas mereka sudah berkumpul. Ada yang sedang minum, ada juga yang lagi main. Begitu melihat Daver dan Anara datang, mereka langsung menyelesaikan segala kegiatan, lalu duduk berjajar.
"Hai semua!" sapa Anara ceria. Anara lumayan dekat dengan beberapa adik kelas yang ada di hadapannya ini. Jadi dirinya tidak terlalu canggung.
"Hai, kak Anara!"
Anara dengan tegas berkata, "Jadi, aku cuma mau kasih tahu. Kalian tanding sebentar lagi. Kalian melaksanakan tutor cuma empat kali. Dua kali sama kami, dan dua kali sama kak Alvano dan kak Sevila. Jadi, manfaatkan kesempatan ini baik-baik, ya."
"Baik, kak!"
Anara heran. Mereka semua membalas perkataannya, namun pandangannya tertuju pada Daver yang berada di sebelahnya.
"Kak-nya kak Anara atau kak Daver?" sindir Anara seraya menahan tawa. Yang ditanya malah cengengesan. Malu karena ketahuan memperhatikan Daver diam-diam.
"Udah siap?" Kini Daver yang buka suara setelah dari tadi hanya diam.
Saat mendengar suara Daver, wajah mereka enam kali lipat lebih cerah. "Siap, kak!"
Suara mereka menjadi lebih halus ketika menjawab Daver. Menyadari hal itu membuat Anara memutar bola matanya malas karena merasa tidak dipentingkan.
"Mau teori atau praktik dulu?" tanya Daver.
"Kalo yang sama kak Daver, apa?" Salah satu perempuan memberanikan diri untuk mengeluarkan pertanyaan semacam itu. Anara terkekeh melihat Daver yang mengerutkan dahi.
Karena Daver tak kunjung menjawab, Anara mengambil alih dengan sebal, "Daver praktik, lah. Orang dia player-nya."
"Praktik dulu, dong!" pinta adik-adik kelas dengan kompak. Sampai Anara heran, kenapa seorang Daver saja mereka bisa seantusias itu.
Eh, Anara lupa diri bahwa ia juga antusias dengan Daver.
"Boleh, Ra?" izin Daver pada Anara.
"Enggak. Teori dulu. Biar mereka tahu aturan. Percuma bisa main tapi gak tahu pelanggarannya apa." Anara tidak peduli lagi apabila ia terlihat sarkas. Lama-lama, Anara kesal juga melihat mereka yang berpura-pura memasang wajah manis di depan Daver.
Sudah dibilang Anara begitu, Daver memberi tahu mereka, "Kak Anara bilang teori dulu, ya. Gue ngawasin aja."
"Kalau gitu buat apa tadi tanya? Bikin kesel aja," protes salah satu adik kelas yang paling terkenal di angkatannya. Anara tahu, namanya adalah Viona.
Viona, anak kelas sebelas jurusan IPS. Ia menjadi ikon sekolah karena parasnya yang cantik dan bule. Padahal banyak perempuan cantik di sekolah ini. Tapi Viona yang terpilih.
"Kalau gak mau ikut aturan, keluar aja kamu dari tim ini. Bisa main aja enggak, mintanya doang yang banyak," ucap Anara tidak kalah menyebalkan.
Viona mencibir dalam hati. Melihat Anara saja ia sudah gemas sendiri. Ia ingin menjambak rambut kakak kelasnya yang satu itu.
"Semua masuk kelas X IPS 1." Anara memerintah. Semua berdiri satu per satu dan masuk ke kelas yang terdekat dari lapangan.
"Sabar, ya, Anara." Daver cekikikan. Ia dapat melihat wajah Anara yang jengkel terhadap sikap Viona tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVENARA [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anara Emiley. Gadis yang memiliki kesabaran penuh ini jatuh hati pada mantan atlet kickboxing, Daver Negarald. Ada satu hal yang Anara suka dari Daver. Laki-laki itu perhatian. Di saat latar belakang keluarganya hancur...