35. Sama

5.5K 364 29
                                    

"So, how do we start it all?"
-Daver Negarald

***

Hembusan napas puas dikeluarkan oleh Gema. Ia merasa menang. "Tuh! Sahabat lo sendiri yang ngaku! Masih gak percaya juga?"

Sayangnya, jawaban itu tidak akan membuat Daver langsung percaya. Bukannya terkejut, ia malah tertawa. "Ra, lo dijanjiin apa sama Gema buat ngangguk?"

Anara menggeleng. Wajah yang ia pasang menunjukan bahwa ia santai dan tenang. "Gak dibayar, gak dijanjiin, emang Gema cowok gue."

Jujur, karena Anara tampak serius, Daver jadi kembali bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Kemudian, Anara mengeluarkan sejurus kata-kata.
"Gak usah heran, Dav. Gema selalu ada buat gue, selalu ngehibur gue, selalu bisa bikin gue ketawa, dia yang ngobatin sakit hati gue. Alasan gue harus tolak dia apa? Bisa kasih tau?"

Daver tertawa kecil, meskipun ada desiran di dalam hatinya. Kalimat Anara itu mampu membuat pikirannya beku. Ya, he is killed inside.

Gema tersenyum penuh kemenangan. Walaupun ia mengerti pasti Anara punya alasan untuk mengatakan itu, ia tetap senang melihat Daver yang penuh dengan tanda tanya di hadapannya.

Sekarang, Anara berakting untuk bersikap sebagaimana sahabat yang pada wajarnya. "Maaf, ya, Dav. Gue tau lo sahabat gue yang berhak ngasih tau mana yang baik dan buruk buat gue. Gue tau banyaknya larangan yang lo kasih ke gue dan Fara buat jauhin Gema. Tapi kali ini gue gak bisa ikutin mau lo."

"Hah?" Kerutan wajah Daver sangat menunjukkan bahwa cowok itu belum percaya. Daver betulan menganggap bahwa Anara sedang bercanda. Tetapi mengapa perkataan Anara seakan menunjukkan bahwa semuanya itu benar?

Gema menyimpulkan perhatiannya kembali pada Anara. "Udah diemin aja cowoknya Letta ini, Ra. Gak usah ditanggepin. Sekarang lo mau pulang atau enggak?"

"Enggak, Gem. Gue bareng Fara. Lo duluan aja," alasan Anara dibuat-buat supaya Gema cepat-cepat pergi.

"Gue buru-buru ada urusan. Gak apa-apa gue tinggal?" izin Gema sebelum pulang yang diangguki Anara. Ia sendiri juga sedang berakting supaya berhasil menjadi peran pacar Anara yang baik.

Meski tampak seakan tidak menghiraukan Daver, saat mengangguk pun Anara masih sempat-sempatnya melirik cowok itu.

Ternyata Daver sedang betul-betul memperhatikannya.

Susah memang kalau sudah Daver urusannya. Anara sangat sulit untuk menghindar.

"Ya, udah, gue duluan, ya. Hati-hati sama Daver." Gema mengelus puncak kepala Anara seraya melihat Daver dengan mata sarkas.

Daver menggigit bibirnya sendiri. Sungguh, ia sedang menahan emosi. Gema terlihat sangat tengil dan menyebalkan.

Kembalilah tersisa dua insan yang sama-sama terkecoh dengan pikirannya. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata. Kesunyian dan kebohongan menguasai keduanya.

Daver masih diam dan betah dengan tindakannya, yaitu memperhatikan Anara dalam sunyi. Saat menatap cewek itu, pikirannya sibuk dengan berbagai sudut pandang.

Kapan Anara pacaran? Kenapa Anara mau? Apa yang membuat Anara menerima Gema? Kenapa waktunya tidak pas?

Daver maju satu langkah mendekat. Ia memegang lengan atas Anara dengan sedikit tenaga. Ia memfokuskan pandangan Anara ke matanya. "Lo bohongin gue, ya?"

DAVENARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang