Suara Pak Tomi yang sedang merumuskan x, y, dan z itu membuat Bara mengantuk. Suaranya benar-benar seperti orang yang sedang mendongeng untuk cucunya. Pelan. Maklum saja, sudah berumur dan beruban. Baru saja Bara akan menidurkan kepalanya di atas meja, namun terhenti karena seseorang melemparkan bulatan kertas ke punggungnya.
Bara menoleh ke belakang, dan mendapati si tersangka—Rian.
"Woi, gue ada hot news nih," ucap Rian sambil berbisik.
"Apaan?"
"Bentar," balas Rian mengeluarkan ponselnya dari laci meja.
"Buruan, sih, Yan. Penasaran nih," timpal Oji yang duduk di sebelah Rian.
"Ck! Bentar," Rian berdecak pelan. "Dim, lo mau ikutan gak?" tanya Rian sebelum memulai sesi pemaparan gosipnya.
Sementara Dimas malah melambaikan tangannya tanda menolak. Tentu saja, cowok macam Dimas ini lebih memilih mendengarkan materi dari Pak Tomi dari pada setan-setan di sekitarnya ini. Tidak berfaedah.
"Gak asik lu," cibir Oji.
"Diem dulu anjir. Penting nih penting!" ucap Rian. "Kemarin waktu kita di parkiran pas pulang sekolah, kita sempet liat anak baru sama Malvino kan?"
"Yang mereka pulang bareng?" sahut Oji.
Rian mengangguk. "Iya. Dan lo semua tau apa hubungan mereka?" ujar Rian sengaja menggantungkan perkataannya.
"Ternyata tuh cewek adiknya Malvino cuy! adiknya Malvino! gila nggak nyangka banget gue," lanjutnya sambil menunjukkan gambar yang ada di ponselnya pada Bara dan Oji.
"Pantesan aja nyalinya gede," simpul Oji setelah melihat postingan terbaru Malvino yang sedang bersama Naiffa.
"Wagelaseh. Jangan main-main lu, Bar. Pawangnya bukan orang sembarangan!"
|||||
Naiffa keluar dari Bangsal sekolahnya dengan dongkol. Tempat itu tidak seluas Gedung Aula utama SMA Garuda—memudahkan untuk berkumpul atau berunding. Entah siapa yang mengusulkan dirinya agar mengikuti Debat Bahasa Inggris. Dan sialnya, dia terpilih menjadi peserta debat untuk mewakili sekolahnya.
Setiap tahun SMA Garuda memang selalu memilih anak-anak yang pandai dalam bidang tersebut. Untuk nantinya mengikuti festival Debat Bahasa Inggris antar SMA se-Jabodetabek. Dan tahun ini SMA Garuda yang ditunjuk untuk menjadi tuan rumah festival itu.
"Aduh! Yang bener dong Mas jalannya," gerutu Naiffa saat seseorang baru saja menabrak bahunya. Cowok itu menoleh, menatap Naiffa bersalah.
"Sorry-sorry gue nggak sengaja. Tadi lagi fokus main handphone soalnya," balas orang itu merasa bersalah.
"Wait, gue nggak pernah liat lo sebelumnya. Lo anak baru ya?"
"Menurut Masnya?" Naiffa berbalik tanya, ia masih sedikit kesal karena kejadian tadi.
"Gue Shajuna Hevandra. Jangan pake Mas, kita satu angkatan." Cowok itu mengulurkan tangannya di depan Naiffa—bermaksud untuk memperkenalkan dirinya. "Lo bebas panggil apa aja," ujarnya pada Naiffa.
"Yakin nih bebas? ntar kalo gue panggil lo babu, lo-nya ngamuk lagi."
Kedua sudut bibir Juna terangkat. "Kalo jadi panggilan sayang mah nggak papa."
Naiffa memutarkan bola matanya malas. "Dasar aligator," cibir Naiffa. "Udah dapet berapa banyak panggilan kaya gitu dari cewek?"
Juna terkekeh. "Jabat dulu tangan gue. Masa dianggurin?" sindir Juna masih mengulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [COMPLETED]
أدب المراهقين(SEGERA TERBIT) Albara Farren Zico, murid laki-laki dengan segudang masalah di sekolahnya. Siapa yang tidak mengenal Bara? Si troublemaker SMA Garuda yang adem dipandang mata. Tidak suka aturan, sukanya bolos, galak dan barbar seperti namanya. Tolon...