"Dia memang pergi, tapi juga akan digantikan oleh orang-orang baru yang datang ke hidup lo." — Dimas Rasendriya
*****
Beberapa kali Naiffa mendecak sebal, hanya tinggal satu soal yang belum dia temukan jawabannya. Berulang kali Naiffa menghitung ulang soal matematika itu, namun masih saja tidak ada jawabannya.
"Ck siapa sih yang bikin soal beginian," kata Naiffa. "Susah banget."
"Udahlah Fa tinggalin aja soalnya. Ngantin dulu yuk ngisi perut. Yang lain juga udah ikhlasin tuh soal, tinggal kita nih yang masih stay di sini," ujar Amara sejak tadi menunggu Naiffa.
"Gue penasaran," kata Naiffa.
Amara memutar bola matanya lelah. Lalu pandangannya tertuju pada seorang cowok yang baru saja masuk ke dalam kelasnya.
"Yaudah lah gue ke kantin aja," ucap Amara lalu melengos pergi begitu saja.
"Ya, ya serah lo Ra. Gue masih penasaran sama nih soal," gerutu Naiffa lirih.
Amara berjalan melewati cowok itu sambil mengacungkannya jempolnya. Berkat kehadiran Bara di sini, ia bisa pergi ke kantin duluan. Sebelum bel masuk berbunyi karena menunggui Naiffa yang terus berkutat dengan soal-soal.
Tumben pinter ceweknya Rian, batin Bara.
Naiffa yang terlalu serius mengerjakan soal sampai tidak menyadari Bara yang sudah berdiri di sampingnya. Cowok itu dengan santai menyandarkan tangannya di sandaran meja dan kursi Naiffa, mengunci posisi cewek itu.
"Tuhan beri aku mukjizat." Naiffa mengalihkan pandangannya mendapati sebuah tangan berada di sisi kanan mejanya.
"Ini lagi siapa sih? Gue tuh lagi kon-" Naiffa menghentikan perkataannya saat mengetahui seseorang yang berada di sampingnya.
"Astaga Bara! Ngapain di sini?" ucap Naiffa.
Bara tidak menjawab. Cowok itu malah menatap serius soal yang ada di mejanya. Melihat wajah Bara serius entah mengapa membuat jantungnya bekerja lebih cepat.
Tanpa sadar Naiffa menahan napasnya ketika Bara agak membungkukkan badannya dan semakin mendekati Naiffa. Bara meraih pulpen dan mulai mencoret asal kertas kosong bekas coretan Naiffa tadi.
"Penyelesaiannya udah bener, ini harusnya dikali bukan dibagi," ucap Bara membuat beberapa anak-anak yang masih berada di kelas melongo mendengarnya.
Albara Farren Zico mengerjakan soal matematika? Kalau nggak lagi salah makan ya lagi khilaf.
Sementara Naiffa? Masih diam dan menegak tegang, bukan karena Bara menjawab soal itu. Tapi karena wajah Bara semakin dekat dengan wajahnya. Bahkan beberapa kali pipi mereka bersentuhan.
"Jawabannya 49," ucap Bara sambil melingkari jawaban di lembar jawab Naiffa.
Evva yang baru saja datang bersama Jeje terkejut mendengarnya. "Tolong tampar gue, katakan ini belum kiamat!"
Plak!
"Anjir, kenapa lo nampar beneran Je?" Evva mendelik tajam pada Jeje.
"Lah kan tadi elo yang minta ditampar yaudah gue tampar aja. Terus salah gue dimana?" ujar Jeje polos.
"Otak lo yang salah, Je!" kata Evva sambil menoyor kening Jeje.
Bara tidak memperdulikan perdebatan dua cewek bar-bar itu. Dia memilih menatap Naiffa yang sejak tadi masih diam. Padahal cowok itu sudah menyuruhnya mengerjakan soal dengan cara yang ia ajarkan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [COMPLETED]
Teen Fiction(SEGERA TERBIT) Albara Farren Zico, murid laki-laki dengan segudang masalah di sekolahnya. Siapa yang tidak mengenal Bara? Si troublemaker SMA Garuda yang adem dipandang mata. Tidak suka aturan, sukanya bolos, galak dan barbar seperti namanya. Tolon...