Naiffa sedang terduduk di kursi panjang depan perpustakaan. Setelah meminjam novel dari perpus, gadis itu belum berniat kembali ke kelas. Entahlah. Akhir-akhir ini dia lebih senang menyendiri.
"Gue boleh duduk disini gak?"ucap seseorang tiba-tiba. Membuat Naiffa mendongak.
"Dimas?"kata Naiffa terkejut.
"Gue boleh duduk disebelah lo?"ulangnya.
"Kenapa lo mau duduk disini?"
Dimas tersenyum tipis. "Kenapa? Lo maunya Bara yang duduk disini?"goda Dimas.
Naiffa menggeleng cepat. "Enggak kok. Kalo mau duduk tinggal duduk aja. Kan kursinya bukan punya gue."
"Karena lo yang duluan duduk disini."
Gadis itu mengangguk mengerti. Menurutnya jawaban Dimas memang logis. Lalu Naiffa kembali berkutat dengan novelnya, dia sengaja mendiamkan Dimas. Berharap cowok itu segera pergi dari sini. Bukannya tidak suka. Naiffa hanya tidak biasa mengobrol berdua dengan Dimas. Canggung.
"Lo gimana sama Bara? Masih suka sama dia?" Dimas bertanya. "Santai aja sama gue Fa. Gue cuma nanya, bukan mau interogasi lo,"ujar Dimas, melihat Naiffa tegang.
Dimas memang benar. Seharusnya dia tidak secanggung ini dengan Dimas. Tapi situasi seperti ini susah dijelaskan.
"Lo kenapa diem, Fa?"
"Eh enggak kok, Dim. Gue sama Bara biasa aja kok,"
"Mulut emang ngomong gitu. Tapi gak tau hati lo gimana kan?"
Naiffa diam sejenak. Bingung menanggapi pertanyaan Dimas seperti apa.
"Kemarin lo nyanyi buat Bara?"ujar Dimas membuat Naiffa menoleh terkejut. Dimas tersenyum.
"Dari mata lo gue tau jawabannya, Fa."
Gadis itu tertawa kecil. "Detail banget lo Dim."
"Bara temen gue dari SMP Fa. Dulu waktu kelas 7 dia orang yang paling gue jahuin di kelas. Karena suka ngejekin gue terus. Katanya gue sok pinter lah, culun, sok baik sampe puncaknya gue marah karena dibilang suka carmuk ke guru-guru. Disitu gue berantem hebat sama Bara. Dia emang bangornya kelewatan dari dulu. Gue inget banget waktu itu gue lagi diem ngerjain tugas malah diajak ribut," Dimas tertawa renyah mengingatnya. "Sejak kejadian itu gue sama Bara saling minta maaf setelah di panggil guru BK. Terus kita temenan. Sampe akhirnya kita ketemu Rian sama Oji."
"Bara itu tipikal orang yang kalo udah benci sama seseorang, dia gak bakal mau berurusan apalagi sampe berhubungan sama orang itu. Ngadepin orang model kaya Bara harus sabar. Kalo lo beneran sayang sama dia, buktiin. Jangan berhenti ditengah jalan. Gue tau lo bisa,"ujar Dimas menjelaskan.
Naiffa terpaku mendengar penuturan Dimas. Cowok itu memang paling bijak dan sabar dari ketiga sahabatnya.
"Lo bisa ikut gue sebentar gak?"suara berat seseorang di samping kepala Naiffa membuat cewek itu menoleh terkejut. Sejak kapan Bara ada disini? Padahal tadi dia melihat Bara sedang berjalan dengan Fio di dekat taman.
Naiffa mengerjap tak percaya lalu mengangguk pasrah ketika melihat sorot mata Bara yang tampak serius. "Dim gue ikut Bara dulu ya,"kata Naiffa ragu menolak ajakan Bara.
Dimas mengangguk mengerti. "Oke. Semangat terus Fa."
Gadis itu tersenyum membalas ucapan Dimas. Detik berikutnya melangkah pergi dengan Bara.
Bara melirik Naiffa yang ada disampingnya. "Ngapain sama Dimas?"
"Ngobrol biasa kok,"
"Jangan senyum kaya gitu ke Dimas. Apalagi ke orang lain,"ujar Bara menatap lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [COMPLETED]
Teen Fiction(SEGERA TERBIT) Albara Farren Zico, murid laki-laki dengan segudang masalah di sekolahnya. Siapa yang tidak mengenal Bara? Si troublemaker SMA Garuda yang adem dipandang mata. Tidak suka aturan, sukanya bolos, galak dan barbar seperti namanya. Tolon...