Bus yang mereka tumpangi telah memasuki gerbang sekolah. Halaman SMA Garuda kini dipenuhi kendaraan pribadi yang akan menjemput anak-anak mereka. Satu persatu peserta mulai turun dari bus dan langsung menghampiri keluarga mereka masing-masing.
Gadis itu menyapu pandangannya mencari Malvino. Dia baru teringat jika abangnya tidak suka berdesakan dengan orang-orang. Naiffa yakin saat ini abangnya menunggu di depan gerbang sekolah.
Saat sampai di depan gerbang, dia melihat Malvino tengah bersandar di mobilnya sembari melipat kedua tangannya didepan dada. Sorot matanya begitu menusuk. Ketika melihat Naiffa berjalan dengan tertatih.
Naiffa menghela napas berat, "Bang gue bisa jelas-."
"Gue udah tau,"potong Malvino. "Semuanya,"lanjutnya lagi lalu menghampiri adiknya.
Gadis itu melebarkan matanya. "Lo udah tau? Semuanya?"ujar Naiffa terkejut.
Malvino diam. Cowok itu mengambil alih tas ransel Naiffa. Menaruhnya di dalam bagasi mobil.
"Lo tau dari mana bang?"tanya Naiffa menyusul Malvino.
"Bara,"ucap Malvino.
Gadis itu dibuat terkejut untuk kesekian kalinya. Bagaimana mungkin Bara memberitahukan semuanya kepada Malvino? Yang Naiffa tahu mereka berdua tidak pernah akur. Seperti air dan minyak.
"Bara ngasih tau lo? Gimana bisa?"ujar Naiffa masih tidak percaya.
Malvino memegang kedua bahu adiknya, menatap Naiffa serius. "Kalo bukan karena dia mungkin sekarang gue bakal samperin orang yang buat lo kaya gini Fa."
"Bara ngomong apa sama lo bang?"
Malvino masih diam. Belum menanggapi pertanyaan adiknya. Tapi Naiffa tetap saja Naiffa, dia akan selalu bertanya sebelum Malvino membalas ucapannya.
"Dia ngomong apa bang?"tanya Naiffa lagi.
Malvino menghela napas pasrah, "Dia hubungin gue. Ceritain kejadian lo waktu nyasar, sampe lo jatuh dan kaki lo terkilir. Dia tau gue bakal marah denger ini. Tapi dia ngeyakinin gue kalo dia bisa memastikan orang itu dapet balesan yang setimpal."
Naiffa melongo mendengar kejujuran Malvino. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia bingung harus mengatakan apa saat ini. Naiffa sampai tidak habis pikir dengan jalan pikiran Bara.
Naiffa maju selangkah, lalu memeluk Malvino. "Sekarang lo percaya kan? Kalo Bara itu gak seburuk yang lo kira bang."
Malvino tidak menggubris. Malvino melepas pelukan adiknya, lalu menyuruh Naiffa untuk masuk ke dalam mobil.
"Sekarang kita pulang. Lo pasti capek," ujar Malvino, kemudian melangkah masuk ke dalam mobil. Naiffa hanya bisa pasrah mengikuti abangnya.
Mobil yang Malvino kendarai melaju cepat membelah jalanan. Dia masih memikirkan pembicaraannya semalam dengan Bara. Apa mungkin sekarang dia harus menurunkan egonya demi Naiffa?
|||||
Perkara melihat seorang cewek yang ke kamar mandi sekolah minta ditemani, hal itu kini menjadi perdebatan tidak jelas bagi D'BRO. Pertanyaan paling legend yang belum terjawab oleh para ahli. Bahkan Albert Einstein pun belum bisa memastikan kebenarannya.
Kenapa kalo ke kamar mandi cewek-cewek selalu minta ditemenin? Udah gitu rela menghabiskan waktu lama entah untuk mengobrol atau bertegur sapa dengan teman lain kelas.
"Heran gue. Kenapa cewek kalo ke toilet itu rame-rame? Emang disana mereka mau arisan? Mau gibahin orang bareng-bareng? Enggak kan!"sewot Rian.
"Mana gue tau gue kan cowok," ujar Bara santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [COMPLETED]
Teen Fiction(SEGERA TERBIT) Albara Farren Zico, murid laki-laki dengan segudang masalah di sekolahnya. Siapa yang tidak mengenal Bara? Si troublemaker SMA Garuda yang adem dipandang mata. Tidak suka aturan, sukanya bolos, galak dan barbar seperti namanya. Tolon...