Bara duduk melamun di balkon kamarnya. Dia masih tidak habis pikir dengan sikap Fio yang semakin nekat. Bahkan sampai detik ini Bara terus memikirkan pembicaraannya kemarin dengan Malvino.
Apa gue harus damai sama Malvino?
Bara mengusap kasar wajahnya, "Aahh! Kenapa jadi ribet sih!"teriak Bara frustasi.
Suara notif panggilan membuat Bara menoleh. Cowok itu mengambil ponsel yang ada diatas meja, lalu menekan tombol hijau menjawab panggilan itu.
"Halo?"
"Lo ditantang balap malam ini Bar"
Entah apa yang membuat Bara tertarik dengan perkataan orang yang berbicara di sebrang sana. Cowok itu berdiri, bersender pada besi pembatas balkon.
"Siapa?"
"Arthur"
Bara bergeming ditempatnya. Matanya menerawang jauh. Dia kembali teringat bagaimana Mamanya bisa sering masuk ke rumah sakit, itu semua karena Arthur dan Papanya. Hal itu membuat Bara menjadi tersulut emosi.
"Gimana? Kita terima nggak tawaran ini?
Suara orang di sebrang sana membuyarkan lamunan Bara. Cowok itu tersadar.
"Gue ambil"
"Oke jam 10 tempat biasa bro!"
Cowok itu tidak memutuskan sambungannya secara sepihak. Ia menaruh ponsel disaku celananya.
"Maafin Bara, Ma"gumam cowok itu pelan. Kemudian Bara beranjak masuk ke dalam kamarnya mengambil jaket dan kunci motor miliknya. Cowok itu menuruni tangga dengan sedikit berlari.
"Mau kemana kamu Bara?"tegur Merina yang sedang berada di ruang keluarga.
"Ada urusan Ma."
"Segitu penting buat kamu? Sampai kamu lupa pamitan sama Mama?"
Cowok itu tersenyum lalu berjalan menghampiri Mamanya. "Maafin Bara, Ma," ujar Bara lalu memeluk sang Mama.
Merina merasa heran dengan sikap anaknya. Tidak biasanya Bara memeluknya seperti sekarang. Biasanya jika ingin pergi dia hanya berpamitan dan mencium tangannya. Merina melepas pelukan Bara lalu mengusap lembut rambut cowok itu.
"Kamu mau kemana sih?"
Bara tidak bisa memberitahukan kepada Merina. Dia tidak mau melihat Mamanya sedih jika mengetahui kalau dia akan balap liar dengan Arthur—kakaknya.
"Keluar sebentar Ma," ucap Bara bohong. Detik berikutnya Bara melenggang pergi dari hadapan Merina.
|||||
Rumah Dimas adalah tempat bernaung kedua setelah rumah Bara. Tidak lain tidak bukan adalah Oji dan Rian. Saat ini berada di rumah Dimas untuk meminta contekan tugas-tugas yang belum mereka kerjakan.
Diantara anggota D'BRO lainnya, Dimas adalah satu-satunya orang yang masih mau berurusan dengan tugas-tugas sekolah. Bisa dibilang Dimas ini panutan mereka.
"Wagelaseh! Ini bener tugasnya sebanyak ini?"tutur Oji kaget.
"Perasaan gue jarang bolos pelajaran deh," sahut Rian.
"Iya gak bolos. Cuma bobo syantek kalo pelajaran!" sindir Dimas pada kedua sahabatnya itu.
"Ya Allah maaf Rian khilaf,"ujar Rian terkekeh geli.
"Bara gak kesini?"tanya Dimas.
Rian mengangkat bahunya, "Mana gue tau. Emang gue baby sisternya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [COMPLETED]
Подростковая литература(SEGERA TERBIT) Albara Farren Zico, murid laki-laki dengan segudang masalah di sekolahnya. Siapa yang tidak mengenal Bara? Si troublemaker SMA Garuda yang adem dipandang mata. Tidak suka aturan, sukanya bolos, galak dan barbar seperti namanya. Tolon...