7. MOGOK NGOMONG

10.2K 590 21
                                        

Pagi ini koridor kelas sebelas dipenuhi oleh anak-anak yang berlalu lalang. Ada beberapa yang baru berangkat dan akan pergi menuju kelasnya, ada beberapa juga yang bersiap hendak pergi ke lapangan atau laboratorium.

Sama halnya seperti keempat cowok ini. Bara dan teman-temannya berjalan bersisian memenuhi koridor. Hal ini membuat beberapa anak-anak yang akan melintas harus sedikit bersabar untuk melewati jalan itu. Alih-alih melewati, beberapa dari mereka justru mendapat gombalan dari Rian dan Oji, terutama cewek yang bening-bening.

"Bangga banget gue sumpah. Baru kali ini gue nggak telat," ujar Oji berbunga-bunga. "Lo bertiga bangga nggak?"

"Enggak, tuh, biasa aja," balas Rian santai.

"Yee dasar setan! nggak mencerminkan anak sekolah banget, sih, lo," cibir Oji pada Rian.

"Lah, siapa yang bilang gue anak sekolah? Gue mah anak Mami Papi gue kali!" protes Rian tidak terima.

"Asuu! Nggak gitu konsepnya satt!" umpat Oji gondok.

"Astaghfirullah haladzim Ji. Gue ngomong fakta loh," ucap Rian.

"Eh, hati-hati lo Yan kalo ngomong!" seru Oji terdengar memperingati. "Jangan sembarangan bilang Astaghfirullah gitu lah! emang lidah lo nggak keplintir pas bilang begitu? emang kepala lo nggak panas? baru kali ini denger setan bisa ngomong kaya gitu!"

"BANG—" Rian terdengar ingin mengumpat tapi tertahan. "Baaang ... Bang Bara gandeng aku doooong!" Lalu Rian malah berteriak dengan suara yang dibuat-buat. Berusaha untuk menirukan suara cewek-cewek yang hobi menggoda Bara.

Dimas dan Oji sontak terbahak melihat ekspresi Rian yang sudah tampak kesal. Sementara Bara tetap pada pendiriannya, berjalan dengan cool tanpa menoleh ke kanan kiri. Sesekali menanggapi teman-temannya dengan kekehan kecil.

"HEI, CANTIK!" seru Oji melihat seorang perempuan baru saja melewati mereka tanpa menoleh ataupun menegur.

"Masa cowok-cowok ganteng dilewatin gitu aja, sih?"

Naiffa menghela napas pelan, kemudian ia berbalik badan. Mencoba tersenyum ramah kepada empat murid laki-laki itu.

"Gue buru-buru tadi. Sorry, ya. Kirain tadi bukan kalian," alibi Naiffa. Sebenarnya Naiffa hanya tidak ingin bertemu dulu dengan Bara.

"Cantik-cantik kok mukanya cemberut, sih? ntar cantiknya ilang loh," ujar Rian tau-tau sudah berdiri di sebelah Naiffa.

"Kenapa nih, Neng? lagi galau ya? mau gue hibur nggak? atau mau jalan-jalan sama gue?" tanya Rian bertubi-tubi. Memulai jurus andalannya.

"Dasar buaya!" sewot Oji menjitak kepala Rian. "Dia nggak bakal mempan sama rayuan buaya tengik kaya lo!"

Sementara Rian malah terkekeh geli.

"Yaudah gue duluan ya," pamit Naiffa pada mereka. Baru saja Naiffa hendak melangkah namun suara seseorang membuatnya berhenti.

"Kalo mau seri bilang aja," ucap Bara.

Tetapi Naiffa tidak menghiraukannya. Perempuan itu malah berjalan menjauh dan tak sedikit pun menoleh ke arah cowok itu.

|||||

Sejak mata pelajaran jam ke tiga sampai sekarang, Naiffa berada di Bangsal sekolahnya. Ia mendapat dispensasi untuk persiapan festival debat yang akan berlangsung dua hari lagi. Naiffa tidak sendiri, ia bersama dengan Juna dan ada beberapa panitia dari OSIS yang ikut berdiskusi dengan guru pendamping.

"Kenapa Farhan tiba-tiba mengundurkan diri?" tanya Bu Ina meminta penjelasan.

"Maaf, Bu. Farhan mendadak ada urusan keluarga di Medan. Semalam saya sudah menghubungi Farhan, dan dia juga meminta maaf karena hal ini Bu," balas salah satu anak OSIS itu.

BARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang