10. PAST & CURRENT

9.1K 564 15
                                        

Bara menyandarkan tubuhnya di dinding sambil memainkan gitar. Koridor kelas XI IPS 3 memang tempat bersantai paling nyaman untuknya. Namun, imajinasinya untuk bersantai seolah sirna begitu saja sejak kehadiran tiga manusia laknat tak beradab itu. Oh ralat, hanya dua orang saja, karena satunya adalah good boy sekolah yang terjebak pertemanan dengan mereka.

"Mbak Iyem ngeri banget sumpah. Masa gue mau ngutang langsung diambilin sapu!" dumel Oji yang baru kembali dari kantin.

"Ya, lo lagian pake segala ngutang cendol, sih," cibir Rian.

Dimas mendekat ke arah Bara. Mengambil posisi duduk yang nyaman di sebelah cowok itu. "Mbak Iyem itu trauma, Ji. Hutang lo yang dulu aja belum dibayar sampe sekarang."

Sementara Oji hanya tersenyum seperti orang tak berdosa.

"Gabut nih cuy. Konser lagi yuk!" ajak Rian pada teman-temannya. "Mumpung Bara bawa gitar tuh."

"Ide bagus!" Oji menyambutnya dengan antusias. "Ayo, Bar. Cari duit buat beli cendolnya Mbak Iyem."

Bara mengangguk saja. Percuma juga kalau dia menolak. Urusannya bakal panjang. Mengingat kalau Oji ini tidak seperti manusia biasa pada umumnya, melainkan titisan setan durjana!

Dan kau hadir merubah segalanya

Menjadi lebih indah

Kau bawa cintaku setinggi angkasa

Membuatku merasa sempurna 🎵

Sesaat kegaduhan di koridor kembali tercipta karena mereka. Bara yang memainkan gitar, Dimas dan Rian yang bernyanyi. Lalu bagaimana dengan Oji? Tentu saja dialah yang mencari mangsa untuk dimintai saweran seikhlasnya.

"Bara...."

Suara panggilan itu membuat Bara mendongak. Seketika ia menghentikan petikan pada senar gitarnya. Merasa tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat membuat Bara mengerjapkan matanya berkali-kali. Mengapa dia ada di sini?

"Fio," ucap Dimas membuyarkan lamunan Bara.

"Lah, ini bukannya mantan lu, Bar?" bisik Oji.

"Ngapain tuh anjing buldog sama mantan lo?" Rian ikut berbisik di dekat Bara.

"Lo pindah ke sini, Fi?" tanya Dimas.

Fio mengangguk. "Iya, satu kelas sama Juna." Kemudian Fio melirik ke arah Bara. Cowok itu masih bungkam raut wajah tidak suka. Padahal, Baralah yang Fio harapkan menyambutnya sama seperti yang Dimas lakukan.

"Akhirnya kita bisa satu sekolah lagi, ya, Bar." Fio tersenyum senang.

Namun tidak dengan Bara. Cowok itu masih dia di tempatnya. Enggan untuk menjawab apalagi melihat wajah perempuan itu.

"Ayo, Fi ke kelas. Bentar lagi gurunya dateng," ajak Juna. Dia mengerti betul akan sikap Bara yang seperti ini kepada Fio.

"Jun, tapi—"

"Ini hari pertama lo, Fi. Jangan telat," sela Juna agar Fio tidak keras kepala.

Fio menghela napasnya kemudian menoleh ke arah Bara.

"Aku ke kelas dulu ya, Bar."

Tidak ada jawaban. Bara masih saja diam. Cowok itu malah sibuk dengan ponsel yang ada di genggamannya. Seperti biasa, Fio tersenyum tipis saat Bara tidak meresponnya. Detik itu juga Fio berjalan melewati Bara dengan langkah lemah. Diikuti oleh Juna di belakangnya.

"Kok jadi hening cipta gini sih?" ujar Rian mencoba mencairkan suasana.

"Iyalah, hening. Orang abis mengenang jasa para penjajah masa lalu!"

BARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang