Jam berapa di tempat kalian saat baca cerita ini??
Siap mengisi tiap paragraf dengan komentar?
HAPPY READING!
"Dunia saya sebelum kamu hadir adalah kegelapan. Saya beruntung telah mengenalmu. Terima kasih sudah mengembalikan cahaya di hidup saya yang sempat hilang." —Albara Farren Zico
*****
Apa kamu pernah dihadapkan oleh kenyataan yang tidak pernah kamu duga sebelumnya? Kenyataan yang teramat menyakitkan sampai kamu merasa berada di titik terendah pada saat itu. Perih memang. Maka inilah yang Naiffa rasakan sekarang.
Semalam gadis itu menangis sejadi-jadinya. Bahkan matanya pun menjadi sembab karena terus menangis. Seolah rasa sakit dan sedih itu selalu muncul setiap kali Naiffa mengingat siapa dirinya yang sebenarnya.
"Lo gak mau ke kelas?" tanya Malvino berdiri menyandar di depan mobilnya. Namun gadis itu hanya diam dan terus memandang lurus ke depan.
"Naiffa?"
"Gue bukan adik lo bang," ucap Naiffa sendu.
"Ngomong apa sih lo? Gue gak suka lo ngomong kaya gitu Fa," ujar Malvino dingin.
"Kenyataannya emang gitu kan bang?" Naiffa tersenyum getir.
"Dek dengerin gue." Malvino menarik bahu Naiffa agar berhadapan dengannya. "Gue abang lo dan lo adik gue. Sampai kapan pun akan selalu seperti itu. Mulai detik ini gue gak mau denger kata-kata itu lagi," ucap Malvino telak, membuat mulut Naiffa tertutup rapat.
"Janji dulu lo gak boleh sedih karena ini," ujar Malvino mengangkat jari kelingkingnya pada Naiffa.
Gadis itu masih diam.
"Sini gue contohin caranya janji." Malvino meraih tangan Naiffa dan menautkan jari kelingking gadis itu dengan jari kelingkingnya.
"Iya bang Malvin yang ganteng, baik hati dan rajin menabung. Naiffa janji gak sedih-sedih lagi," ucap Malvino suaranya di buat-buat agar mirip seperti suara Naiffa.
Naiffa tertawa geli karenanya. "Lo mirip Lucinta Luna kalo kaya gitu."
"Gue rela dibilang mirip siapapun asalakan lo bisa ketawa lagi Fa," ujar Malvino.
Gadis itu berhenti tertawa. Naiffa menatap kedua mata Malvino lekat lalu tersenyum. "Makasih bang."
Malvino tersenyum membalasnya. "Udah yuk bentar lagi bel masuk nih." Malvino menunjukkan arloji yang melingkar ditangannya pada Naiffa.
Keduanya sudah berjalan meninggalkan parkiran. Malvino merangkul pundak Naiffa seperti biasanya. Di koridor utama tampak ramai anak-anak yang berlalu lalang. Hal ini karena sebentar lagi bel masuk berbunyi. Mereka harus cepat menuju kelasnya sebelum mendapat teguran dari guru piket yang berkeliling.
"Bara!" Cowok yang merasa dipanggil namanya pun terpaksa menghentikan langkahnya. Bara mendapati Malvino dan Naiffa yang berjalan ke arahnya.
"Kebetulan banget nih. Gue butuh bantuan lo," ucap Malvino to the point saat sampai di hadapan Bara.
"Apa?" tanya Bara.
![](https://img.wattpad.com/cover/165023707-288-k906735.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [COMPLETED]
Fiksi Remaja(SEGERA TERBIT) Albara Farren Zico, murid laki-laki dengan segudang masalah di sekolahnya. Siapa yang tidak mengenal Bara? Si troublemaker SMA Garuda yang adem dipandang mata. Tidak suka aturan, sukanya bolos, galak dan barbar seperti namanya. Tolon...