53] Siapa?

3.5K 265 71
                                        

Naiffa keluar kelas paling terakhir, dia memang sengaja untuk menghindari tatapan-tatapan dan bisikan aneh dari orang-orang. Hari ini terasa berat sekali baginya. Telinga Naiffa sudah panas mendengar bisikan-bisikan aneh dari teman satu angkatannya, kakak-kakak kelasnya, bahkan adik kelasnya pun ikut membicarakan dirinya.

Naiffa masih duduk di halte bus yang sudah mulai sepi.

"Eh Naiffa," Naiffa refleks menoleh saat ada mobil berhenti di depannya. Juna baru saja turun dari mobil lalu berjalan ke arahnya dengan kacamata hitam di matanya.

"Kok masih di sekolah?"

"Nunggu angkot."

"Lo baik-baik aja kan Fa?" tanya Juna tampak khawatir.

"Menurut yang lo liat gimana Jun?" Naiffa malah berbalik tanya.

Juna tersenyum singkat. "Lo gak usah mikirin omongan orang-orang itu Fa. Mereka cuma iri aja sama lo," ujar Juna.

"Iya," jawab Naiffa seadanya. Ia seperti tak ada energi sedikitpun.

"Gue akan bantu lo cari tau siapa pelakunya Fa. Jangan sedih ya?"

Naiffa tersenyum kaku lalu menganggukkan kepalanya.

"Makasih ya Jun."

"Lo gak pulang sama Bara?" tanya Juna.

"Enggak dia kan gak masuk."

"Yaudah balik sama gue aja kalo nunggu angkot lama. Udah mendung juga nih, ntar lo kejebak hujan di sini," ajak Juna pada Naiffa. Tentu gadis itu ingin menolak namun melihat langit yang sejak tadi mendung membuat Naiffa tidak bisa menolaknya.

"Ayo Fa."

"Eh... iya Jun,"

"Naiffa," suara dingin penuh peringatan membuat jantung Naiffa berdegup kencang. Bahkan dia sampai bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri saat Bara datang.

Cowok itu sedang berjalan ke arahnya dengan wajah dinginnya.

"Naiffa pulang sama gue Jun. Lo pulang aja," usir Bara pada Juna. Tatapan kedua cowok itu saling beradu membuat Naiffa takut terjadi keributan lagi.

"Gue duluan Fa," pamit Juna pada Naiffa lalu berjalan melewati Bara menuju mobilnya.

"Aku bisa jelasin,"

"Nih," Bara mengabaikannya. Cowok itu malah menyodorkan satu grande cup Hot Chocolate Signature, salah satu minuman Starbucks favorit Naiffa.

"Aku bisa jelasin Bar," ulang Naiffa.

"Ambil ini dulu! Tangan aku capek," perintah Bara.

Naiffa mendesis kesal, ia merasa otaknya menjadi tambah panas. Gadis itu akhirnya pasrah dan menerima minuman itu.

"Kamu udah pulang dari jemput mama kamu?" tanya Naiffa mencoba mencairkan suasana agar tidak tegang.

"Udah."

Bara memang sengaja tidak masuk sekolah untuk menjemput mamanya di bandara. Hari ini Merina baru saja pulang dari Surabaya setelah menyelesaikan pekerjaannya di sana.

"Kamu marah Bar?"

"Maaf," ujar Bara.

Gadis itu mengerutkan keningnya. "Untuk apa kamu minta maaf?"

"Aku yang harusnya min-"

"Maaf karena aku gak ada disaat kamu butuh aku Fa," ujar Bara.

Kedua mata Bara terus memandang gadis di hadapannya. Raut wajah Naiffa tidak seceria biasanya. Dan Bara sangat tau apa yang sedang terjadi pada Naiffa.

BARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang