🌘🌘🌘
Zayn turun dari kamar nya, tidak berniat menghampiri keluarganya yang sudah menunggunya di meja makan, ia masih enggan berbincang dengan orang tuanya.
Kejadian semalam membuat mereka menjadi canggung seketika. Seseorang mancekal tangannya membuat Zayn berhenti berjalan.
Roby menatap putranya iba. Sebenarnya ada rasa bersalah atas kejadian semalam, tapi ini sama sekali tidak merubah fikirannya. "Zayn, papa cuma minta satu hal dari kamu, nurut sama papa, Nak."
Matanya masih enggan beradu dengan mata Papanya. Nafasnya justrh memburu dan ia mencoba melepaskan cekalannya, dan berhasil.
"Papa nggak pernah bisa buat Zayn nolak," ucapan Zayn membuat Roby menggulum senyum dan memeluk putranya sebentar.
Ini bukan keputusan mendadak, Zayn sudah memikirkannya semalaman. Terlihat dari bawah matanya yang terlihat menghitam karena tidak tidur hanya untuk berfikir keras. Dan ini lah keputusan yang ia buat.
Bagaimana dengan Tasya? Zayn punya cara sendiri untuk ini. Ia sudah memikirkannya dengan matang dalam semalam.
Zayn pergi tanpa menyalami kedua orang tuanya. Dan tanpa sarapan.
♡♡♡
Tasya terus menatap cowok jangkung di sampingnya dari awal mereka turun dari mobil sampai sekarang mereka jalan di lorong sekolah. Bibir pucat, muka muram di tambah kantung mata yang menghitam mendominasi di wajah tampan Zayn membuat gadis itu khawatir dengan keadaan cowok itu.
"Lo sakit ya?" Tasya memegang kening cowok itu, tak terasa hangat tapi mukanya sangat pucat, bibir merahnya pun memudar warnanya.
Zayn menghela nafas tak menjawab.
"Kita ke UKS aja deh," kini Tasya mulai panik. Zayn pun menatap Tasya lekat terdapat kekhawatiran di matanya, ada rasa sesak ketika ia menatap gadis itu. Entah mengapa? Rasa takut kehilangannya pun membesar setiap ia melihatnya.
Tanpa sadar mereka sampai di depan kelas Tasya.
Zayn tersenyum untuk sekedar memastikan Tasya bahwa ia baik-baik saja. "Gue gapapa," Zayn mengacak pucuk rambut Tasya. "Masuk gih."
Bukannya pergi Tasya justru memeluk telapak tangan cowok itu seperti menyalurkan kekuatan. "Jangan bohong, wajah lo pucat gitu."
"Gue gapapa, Sya," Zayn beralih mencubit pipi Tasya gemas. "Cuma kurang tidur."
"Pantesan itu kantong mata kek kantong kresek, udah item gede pula. Hehe.. bercanda, kok " Zayn terkekeh. Tapi entah kenapa senyum Tasya mengiris hatinya saat ini.
"Yaudah, gue masuk ya, Della mau nyalin pr," ucap Tasya lalu masuk setelah mendapat anggukan Zayn. Cowok itu pun lantas pergi dari kelas Tasya.
Della segera menyalin tugas yang di berikan Bu Citra kemarin dari buku Tasya sebelum beliau datang.
"Why? Dia sick?" tanya Della di sela menyalin tugasnya.
Tasya mengangkat bahu "Nggak tau, katanya sih cuma kurang tidur." Della hanya manggut-manggut.
***
Rooftop harusnya menjadi tempat yang cocok untuk dirinya saat ini. Karena hanya di sana ia bisa menemukan ketenangan. Namun, kali ini ia tidak bisa bermanja dengan kursi kayu yang ada di sana dan harus duduk di kursi menyeramkan yang berada di kelas. Ini semua bukan keinginannya, tapi keingin Tasya yang memintanya untuk tidak terlalu sering membolos mengingat dirinya yang sudah berada di tingkat terakhir sekolah. Yaitu di mana seluruh kelas 12 harus fokus belajar untuk menentukan masa depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYNTASYA
Teen Fiction(COMPLETED) Zayn Revaro, di akui sebagai primadona sekolah SMA Pelita Bintang karena wajahnya yang tak karuan tampan. Terbiasa mendapati orang lain dekat dengannya hanya karena harta, membuat seorang yang di juluki 'Most Wanted Boy' itu tumbuh menj...