36. Ancol

19.5K 862 9
                                    


Happy Reading

***

Tasya terus melamun mengingat kejadian di koridor tadi, di mana ia melihat Zayn memegang tangan Acha dan saling menatap lekat. Firasatnya memburuk pada cowok di sebelahnya itu padahal ia tidak tau apa yang keduanya bicarakan tadi. Namun, kejadian tadi berefek besar bagi Tasya sampai ia tidak konsen dalam mengisi soal seleksi tadi. Ia pun menjadi ragu dirinya akan lolos atau tidak.

"Ngelamumin apa, sih?" Zayn akhirnya membuka suara jengah melihat Tasya yang terus diam selama perjalanan.

Tasya sontak tersadar dari lamunannya dan menatap Zayn. "Gak ngelamun kok, hehe."

"Bohong,"

"Beneran ish!"

"Yaudah. Sekarang mau kemana?"

Tasya kembali menoleh dengan alis mengkerut. "Bukannya pulang?"

"Gue gak mau pulang."

"Terus?"

"Mau ngabisin waktu sama lo,"

Tasya tersenyum. "Terserah,"

"Oke."

Mereka hanya menikmati perjalannya. Sampai akhirnya mobil Zayn berhenti di salah satu tempat destinasi di Jakarta, Ancol. Entahlah, Zayn punya cara sendiri untuk membahagiakan orang terkasihnya. Mereka pun turun dari mobil dan mulai memasuki kawasan pantai itu.

"Ancol?" Pekik Tasya girang.

"Yuk," ajak Zayn.

Mereka pun berjalan-jalan di sana, mengunjungi semua wisata yang ada. Mulai dari mencoba-coba kacamata tapi tidak membeli, mencoba meramal, membeli gulali dan menaiki ayunan. Seperti di slow motion Zayn terus mendorong ayunan yang di duduki Tasya dengan senang. Keduanya tertawa lepas.

Menghabiskan waktu bersama Tasya adalah cara Zayn untuk melupakan semua masalahnya di rumah. Baginya hanya Tasya lah yang dapat membuatnya tersenyum seperti sekarang. Seolah tidak memiliki masalah, padahal perjodohannya dengan Grace adalah masalah baginya.

Setelah mengunci gembok cinta di pagar, kini mereka menulis pesan yang akan di masukan ke dalam kotak surat besar. Tasya dan Zayn terpaut jarak sekitar 3 meter saat menulis surat itu.

Tasya menghampiri Zayn yang sudah menunggunya untuk memasukan surat itu bersama.

"1.. 2.. 3..," hitung Tasya dan Zayn bersamaan dan mereka memasukan surat yang telah mereka tulis. Keduanya tersenyum manis.

"Kita foto yuk." Ajak Tasya antusias kemudian membuka aplikasi kameranya di ponselnya.

Tidak di sangka, Zayn yang Tasya fikir akan kaku malah justru merangkulnya dengan hangat. Mereka pun tersenyum menampakan sederet gigi putihnya.

Tasya beralih menyewa sepeda untuk berkeliling di sekitar sana. Gadis itu menyewa sepeda dengan keranjang di depan serta boncengan duduk di belakang. Namun, saat Tasya ingin menggoes sepedanya, Zayn menahan sepeda itu dengan menarik tempat duduk belakang sepeda itu.

"Gue gak di ajak?"

"Ini kan sepeda cewek."

Zayn diam. Ia malah duduk di belakang Tasya dengan membelakanginya membuat punggung mereka saling bertemu. Tasya tersenyum manis kemudian mengendarai sepeda itu berkeliling di sana dengan Zayn.

Menikmati bekeliling dengan Tasya membuat Zayn merasa nyaman, ia pun mendongkak menaruh kepalanya bersandar di pundak gadis itu. Sedangkan Tasya dapat merasakan degupan jantungnya yang berdetak tidak stabil serta pipinya yang memanas karena perlakuan Zayn.

ZAYNTASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang