31. Kepergiannya

21.7K 967 40
                                    


Happy Reading

***

Zayn bersyukur bahwa Tasya akan pergi bersama teman-temannya hari ini sehingga ia tidak perlu mengantarnya pulang. Bukan tidak ingin, namun seperti janjinya kemarin yang akan menemui Grace di rumahnya. Sekarang Grace sudah ada di rumahnya, berdua.

"Kamu mau aku buatin apa?" tanya Grace di sela Zayn melepas seragamnya dan mninggalkan kaus hitam polos.

"Terserah," jawabnya seadanya.

Grace tersenyum memaklumi. "Kamu ada buah? Aku buatin salad, gimana?"

Zayn mengangguk dan mengekori Grace yang sudah ke dapur lebih dulu.
Grace membuka kulkas dengan antusias, mengeluarkan beberapa jenis buah yang ada di dalam kulkas Zayn. Kemudian beralih mencucinya. ia sangan bersemangat dalam hal ini.

Setelah mencuci, Grace menaruh buah-buah itu di wadah. Grace mulai memotong buah-buah itu berbentuk dadu. Sedangkan Zayn masih asik menonton kegiatan Grace.

Grace terkekeh. "Mau coba?"

Zayn mengangkat sebelah alisnya menantang. "Nantang gue?" Zayn merebut pisau dan posisi Grace. Grace geleng-geleng dan tersenyum melihat tingkah Zayn yang sok menantang.

"Hati-hati, pisaunya tajam. Aku buat saus mayo kejunya," Grace beralih membuat saus mayones dan memarut keju sedangkan Zayn masih penasaran dengan memotong buahnya.

"Aaa!" ringis Zayn pelan. Dengan cepat Grace menoleh dan menghampiri Zayn.

Mata Grace membulat sempurna saat melihat darah segar keluar dari jari Zayn. "Astaga! Udah aku bilang hati-hati..,"

Grace mengambil tangan Zayn yang terkena pisau dan mulai menghisap darah yang keluar dari jari tengah cowok itu kemudian ia buang di washtafel yang berada di belakangnya.

Zayn masih terdiam melihat aksi Grace yang membuang darahnya. Setelah sadar, cowok itu menarik tangannya dari Grace. "Gue gapapa,"

"Tetep aja harus di obatin." titah Grace lalu mengambil kotak P3k yang kebetulan ada di atas kulkas. Lalu menarik Zayn untuk duduk di kursi meja makan namun cowok itu hanya bersandar di mejanya saja.

Grace memberi obat merah pada luka Zayn kemudian mengeluarkan handsplas. "Sini tangan kamu,"

"Gak separah itu," bantahnya.

"Nanti infeksi."

"Kan udah di kasih obat,"

"Biar cepet kering." Grace merebut tangan Zayn karena lekaki itu terus saja membantah. "Selesai."

"Kamu gak usah bantuin, biar aku aja." kata Grace kemudian melanjutkan membuat salad buahnya. Mata Zayn terus menatap setiap gerak-gerik gadis berambut sebahu itu.

Kenapa lo baik sama gue, sih? Batin Zayn.

Zayn juga heran, kenapa Grace sebaik ini padanya, padahal cowok itu kadang ketus padanya, membuatnya sedikit merasa bersalah. Apa dia sedang mencari perhatian Zayn? Tidak ada yang tidak mungkin. Zayn adalah kekasih pilihan orang tuanya. Mungkin ini jebakan dan Zayn harus berhati-hati.

Setelah sekitar 30 menit. Grace selesai membuat salad buahnya. Ia mengajak Zayn untuk duduk di ruang tamu.

"Nih," Grace mengulurkan semangkuk salad buah pada Zayn.

ZAYNTASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang