Happy Reading
[]
Tasya tak henti-hentinya terbatuk sambil terus memukuli dadanya sendiri karena merasa sangat sesak.
Acha mencoba berdiri dan menghampiri Tasya, namun aksinya itu dapat di tahan oleh seorang yang baru saja menyelamatkan nyawa Tasya.
"Berhenti jadi psikopat!" Orang itu menahan tangan Acha dan berdiri di hadapannya.
"Minggir!" Sentak Acha kepada orang itu.
"Acha gue mohon."
Kini Acha benar-benar seperti orang yang sudah kehilangan akal, ia terus menerus ingin menyiksa Tasya layaknya singa menerkam mangsanya. Mungkin memang benar, ia hilang akal hanya karena satu cowok.
"Mau apa lo dateng ke sini, hah!? Mau ikutan bela dia? Nggak usah jadi sok pahlawan, Ranggi!" Entah mengapa, air mata yang sudah mereda turun kini keluar lagi ketika menatap cowok itu.
"Dia udah rebut semua yang gue punya!" Acha menunjuk Tasya yang menatapnya dengan sendu.
Ranggi ikut menoleh ke arah belakang, menatap sesorang yang kini sedang terduduk tak berdaya—dengan tatapan yang sama sekali tidak dapat di artikan.
Tepatnya orang yang ia sayang.
Kontak matanya putus dengan Tasya dan kembali beralih menatap Acha.
"Hey," Ranggi menangkup pipi Acha dan menatapnya intens. "Liat gue,"
Acha meronta ingin melepaskan tangan Ranggi dan mendekat kepada Tasya lagi. "Minggir!" Acha menjerit dan mendorong Ranggi menjauh.
Kini posisi Acha kembali berjongkok di depan Tasya. Entah apa lagi yang akan di lakukannya kepada Tasya yang sudah lemah itu. Mungkin hari ini adalah hari Tasya terakhir bernafas.
"Lo tau? Lo udah rebut semuanya dari gue, Tasya." Acha melirih membuat Tasya merinding.
"Dan gue nggak akan biarin lo hidup tenang setelah apa yang lo ambil dari gue,"
Tasya masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Acha yang bodoh ini. Apa maunya? Jika ia ingin membunuh Tasya maka bunuh lah sekarang, tidak perlu di siksa dulu.
Acha mengangkat kursi yang ada di kelas dan hendak di lemparnya ke arah Tasya. Sedangkan Tasya hanya menunduk tanpa bereaksi, itu lah Tasya dari dulu, selalu diam tanpa mau bertindak. Bahkan sampai ajal di hadapannya pun.
"Acha!" Pekik Ranggi menahan tangan Acha dan menjatuhkan kursi di tangan Acha.
"Lo gila, hah!?" Ranggi medorong tubuh Acha yang sudah menangis menjauh dari Tasya.
Sedangkan Tasya berusaha mati-matian agar berdiri dan pergi dari sana. Ia menggunakan meja di dekatnya untuk membantunya berdiri, ia menatap Ranggi sebelum ia beranjak meninggalkan kelas itu— meninggalkan kenangan pahit yang baru saja ia buat.
Tinggalah sepasang insang yang pernah saling memberikan kasih sayangnya satu sama lain. Ranggi menatap Acha lekat. Acha tak berhenti menangis dengan isakannya yang terdengar pilu di telinga Ranggi.
"Acha dengerin gue." yang di ajak bicara hanya menunduk.
Sampai akhirnya Ranggi memutuskan untuk mengangkat dagu cewek itu agar menatapnya.
"Lo sadar nggak apa yang udah lo lakuin?" Ranggi mencoba bersikap tenang dan dewasa seperti yang ia bilang, ia ingin berubah.
Acha menggeleng samar. "Gue kehilangan orang yang gue sayang, gue udah nggak punya siapa-siapa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYNTASYA
Teen Fiction(COMPLETED) Zayn Revaro, di akui sebagai primadona sekolah SMA Pelita Bintang karena wajahnya yang tak karuan tampan. Terbiasa mendapati orang lain dekat dengannya hanya karena harta, membuat seorang yang di juluki 'Most Wanted Boy' itu tumbuh menj...