***
Setelah guru mata pelajaran terakhir menutup kegiatan belajar dan keluar dari kelas, Tasya segera merapikan buku-buku nya dan di masukan ke dalam tas nya.
Della yang sudah lebih dulu membereskan alat tulisnya menyenggol tubuh Tasya dari samping dengan sikutnya."Sst, udah di tunggu tuh" ia menunjuk Zayn yang berdiri di depan kelasnya dengan dagunya.
Mata Tasya pun sontak mengikuti tunjukan Della, dan benar ia mendapatkan Zayn yang sudah menunggunya entah sejak kapan. "Duh, gue piket."
"Samperin dulu lah," saran Della.
Tasya mengangguk dan segera keluar kelas bersama dengan Della. Della memang selalu pulang duluan jika Tasya kebagian jadwal piket. Dan akhirnya tinggal Zayn dan Tasya berdua.
"Lo pulang duluan aja deh, gue ada jadwal piket." ujarnya jujur.
"Gue tunggu,"
Mata sipit Tasya sedikit membulat. "Eh nggak usah, takutnya lama."
"Gak papa," Tasya tersenyum tipis pada Zayn yang ingin setia menunggunya. Setelah itu Tasya segera merapikan kelasnya yang sedikit berantakan karena ulah teman-temannya.
Oke, sudah sepuluh menit berlalu dan Tasya sudah dengan Zayn menyusuri koridor yang mulai sepi dari anak-anak sekolah, hanya anak yang ada eskul saja yang berlalu lalang.
Langkah Tasya terhenti secara otomatis langkah Zayn pun ikut berhenti dan menatap Tasya heran. Gadis itu melihat sebuah mobil yang tidak asing lagi baginya terparkir di dekat gerbang sekolah.
"Kenapa?" tanya Zayn menoleh kepada Tasya.
"Itu mobil bunda," jawab Tasya dengan pandangan menatap lurus ke arah mobil.
Kenapa secara tiba-tiba bundanya menjeputnya? Gea belum pernah menjemput Tasya tanpa Tasya suruh atau karena gurunya yang meminta dengan alasan Tasya sedang sakit. Dan ini membuat Tasya benar-benar keheranan. Tasya menghampiri mobil yang ia ketahui milik bundanya itu tanpa pamit kepada Zayn.
Tasya mengetuk kaca mobil bagian pengemudi. "Bunda,"
Kaca mobil itu lantas turun dan menampakan Gea dengan pakaian khas cewek kantor. "Ayo pulang," ajaknya lembut.
Tasya mengerutkan alisnya tidak percaya dan menatap Zayn yang masih setia berdiri di tempat tadi dan melihatnya. Tasya masih menatap bundanya heran, sekarang ia harus berfikir untuk memilih pulang dengan siapa walaupun sudah pasti ia akan memilih pulang bersama bundanya karena jarang sekali hal ini bisa ia dapat.
Kalo boleh jujur, Tasya sangat ingin pulang bersama Zayn hari ini karena tadi pagi ia tidak berangkat bersama. Entahlah, Tasya terlalu sering bersama dengan Zayn membuatnya sedikit ketergantungan pada cowok itu. Namun, ia juga tidak mau mengecewakan bundanya yang mungkin sudah repot-repot meluangkan waktu untuk menjemputnya karena Tasya tau bundanya adalah seorang yang sangat sibuk.
Ia juga bingung kenapa bundanya masih ingin tetap bekerja, padahal Ayahnya bisa di katakan cukup mampu untuk memenuhi biaya hidupnya. Terkadang Tasya merasa sedih ketika bundanya tidak ada di sampingnya saat ia sedang sedih, namun ia tetap bersyukur memiliki ibu seperti Gea yang sangat sayang padanya.
Keputusannya sudah bulat. Ia memilih pulang bersama bundanya.
"Tasya bilang Zayn dulu ya bun," izinnya yang di angguki Gea dengan ramah kemudian ia berlari ke arah Zayn.
"Maaf ya, hari ini gue pulang sama bunda."
"Padahal gue kangen," ucap Zayn datar.
Zayn tidak seperti cowok dingin lainnya yang terkadang munafik untuk mengutarakan perasaannya ia hanya mengucapkan apa yang hati nya bilang dan itu adalah salah satu alasan semua perempuan ingin memilikinya. Terlalu sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYNTASYA
Teen Fiction(COMPLETED) Zayn Revaro, di akui sebagai primadona sekolah SMA Pelita Bintang karena wajahnya yang tak karuan tampan. Terbiasa mendapati orang lain dekat dengannya hanya karena harta, membuat seorang yang di juluki 'Most Wanted Boy' itu tumbuh menj...