Happy Reading 🦙. Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komen di akhir! #stayathomesampe?
****
Langit sudah hampir gelap, sebentar lagi toko akan tutup. Pekerjaan Tasya sebenarnya sudah selesai. Namun, gadis itu justru menghampiri Zayn yang sedang mencuci piring.
"Biar aku aja yang cuci piring, Zayn." ucap Tasya.
"Nggak usah."
"Ini, kan, tugas perempuan. Biar aku aja."
"Emang semua tugas perempuan nggak boleh di lakuin sama cowok?"
"Nggak juga."
"Yaudah. Diem." sinis Zayn kepada Tasya.
"Yaudah berdua. Biar cepet." Tasya menyengir kuda. Sedangkan Zayn hanya bisa memutar kedua bola matanya malas dan menghela napas berat karena sikap Tasya yang keras kepala.
Mereka berdua pun menyelupkan tangan ke dalam washtafel untuk mengambil piring dan tidak di sangka mereka mengambil piring yang sama.
Drama macam apa ini?
Mereka yang sadar akan hal itu pun sama-sama menarik tangan ke atas. Dan refleks Tasya tidak sengaja menyenggol piring yang sudah bersih hingga jatuh ke lantai dan pecah.
"Eh, ma.. maaf, Zayn." gadis itu berjongkok untuk memunguti pecahan beling.
Namun tangannya segera di tahan oleh Zayn. Mata Tasya jatuh pada gelang yang melingkar indah di tangan kiri cowok itu. Gelang hitam berbandul bulan. Zayn selalu mengenakannya. Dan kenangan itu selalu berputar di kepala Tasya ketika melihatnya.
"Biar gue aja. Jangan maksa lagi." kata Zayn dingin. Kedua mata hazel mereka bertemu dalam beberapa detik sebelum Tasya berdiri dan mengambil sapu.
Tasya tersenyum ketika melihat Zayn sudah merapikan semuanya.
"Kenapa belum pulang?" tanya Zayn, yang sebenarnya heran sedari tadi.
"Nungguin kamu."
"Hah?"
Apa? Apa yang Tasya katakan barusan? Apakah ia berharap Zayn akan mengantarnya pulang seperti kemarin? Oh, ayolah. Kemarin kemarin itu hanya kebetulan.
"Gue ada jadwal mau nganter Grace chek up." kata Zayn dengan santainya.
"Oh..," entah mengapa Tasya jadi begini. Ternyata keadaannya memang sudah berbeda dan benar-benar berubah.
Tasya pikir ini hanya mimpi. Namun sepertinya ia harus bangun dari mimpinya itu. Dan menghadapi kenyataan bahwa Tasya bukanlah prioritasnya lagi.
"Yaudah, aku pulang duluan, ya, Zayn. Salam buat Grace dan Mama kamu." ujar Tasya dengan senyuman sendu.
Tasya yang sudah rapi mengenakan jaket dan tas pun langsung keluar dari sana dan menuju halte.
****
Gadis itu benar-benar berjalan sendirian. Jauh berbeda dengan kemarin. Tasya sempat berhenti di jembatan dan memandang langit dari pembatas jembatan. Kenapa sulit rasanya menghilangkan perasaan ini? Semakin lama ia melihat Zayn, justru semakin sulit perasaan ini akan hilang. Ternyata 2 tahun tidak cukup untuk menghilangkan rasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYNTASYA
Teen Fiction(COMPLETED) Zayn Revaro, di akui sebagai primadona sekolah SMA Pelita Bintang karena wajahnya yang tak karuan tampan. Terbiasa mendapati orang lain dekat dengannya hanya karena harta, membuat seorang yang di juluki 'Most Wanted Boy' itu tumbuh menj...