40. Telfon

18K 744 14
                                    

Enjoy Reading..
Gak kerasa udah part 40 gengs! 😕😭

♡♡♡

Zayn mendekat ke kedua orang tuanya dengan wajah datar. Sedangkan papa dan mamanya sudah memasang wajah khawatir.

"Zayn ikut ke German." hanya empat kata namun butuh banyak waktu dan tenaga untuk mengucapkannya.

Sisca menutup mulutnya sendiri dengan tangan kanannya. Tidak sanggup melihat setiap inci wajah anaknya yang terlihat sangat kecewa dengan orang tuanya itu. Sisca merasa sangat bersalah.

Roby tersenyum getir kemudian melangkah mendekat pada Zayn. "Kamu serius?" Zayn hanya mengangguk sekali sebagai jawaban.


"Kamu udah siapain semua barang-barang kamu?" Zayn kembali mengangguk.

"Kapan kita berangkat?" tanya Zayn.

"Jam delapan malem." Jawab Roby.

Zayn berbalik badan dan kembali menaiki anak tangga menuju lantai atas di mana kamarnya berada.

"Kamu senang kan Rob?" tanya Sisca.

"Jangan bahas lagi, Sisca."

"Dia selalu menuruti apa yang kamu katakan, apa itu belum cukup?"

"Dia sudah punya keputusan, dan itu lebih baik."

"Kamu yakin keputusan itu sudah benar? Dia hanya memilih salah satu pilihan yang kamu kasih."

"Dan aku yakin ini bukan kemauannya..," sambung Sisca kemudian masuk menuju kamar.


***

Tasya menutup kopernya dan mendirikan koper itu di lantai. Setelah sudah beres semuanya ia berniat bejalan-jalan sebentar menikmati suasana di Sumba lagi sebelum kakinya benar-benar meninggalkan pulau yang indah ini.

Matanya memicing menangkap seseorang yang sedang duduk di tepi pasir pantai dengan tangan memeluk kedua kakinya yang di tekuk. Tasya tertarik untuk menghampirinya.

Tasya ikut duduk di samping orang itu setelah tahu siapa laki-laki ini.

"Loh? Kakak belum berangkat rupanya?" tanya laki-laki itu. Ya yang kemarin memfotokan Tasya dengan keluarganya.

"Bisa pake bahasa biasa aja?" Tasya sedikit canggung ketika laki-laki itu menggunakan logat Sumba-nya.

"Bisa sih." Jawab orang itu datar dengan nada biasa.

"Nah gitu kan jadi enak dengernya." Tasya terkekeh.

"Iya." Cowok itu tersenyum.

"Di sini emang susah sinyal, ya?" tanya Tasya, membuka pembicaraan pertama.

"Ya begitu lah."

"Kok Kakak betah tinggal di sini?"

Cowok itu menoleh menatap Tasya yang juga sedang menatapnya."Panggil aja Faris." kata cowok itu.

"Oh iya Kak Fa--"

"Gak usah pakek Kak, kesannya tua banget." Faris tertawa kecil.

"Dari pada Om." Ledek Tasya.

ZAYNTASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang