34. kebenaran

22K 911 12
                                    


Good Morning;)

***

Gadis bertubuh mungil itu mengunci pintu kelas yang sudah kosong.  Tasya mulai berjalan menuju halte menunggu bus untuk pulang ke rumah.

Jalanan nampak ramai siang ini. Langkah cewek itu berhenti dan memutar tubuhnya kemudian menyebrang jalan saat sebuah mobil berhenti tak jauh darinya. Tasya melangkah cepat agar orang itu tidak dapat mengejarnya dan berharap bus segera datang untuk menjemputnya.

Tasya tak menghiraukan orang itu yang terus mengejarnya dan memanggil namanya. Masih tidak percaya atas perlakuan orang itu padanya pagi tadi.

Tinnnn!!! Bruk!

"Argh,"

Tasya menoleh dan membelakan matanya saat orang yang mengejarnya itu sudah terkapar di jalan. "Zayn!"

Sejurus kemudian cewek itu berlari menghampiri Zayn yang ada di tengah jalan. Tanpa aba-aba gadis itu membantu Zayn berdiri dan menjauh dari jalan raya. Tasya membawa Zayn ke rumahnya dengan mengendarai mobil Zayn.

"Tunggu, gue ambil obat," titah Tasya saat sudah menduduki Zayn di sofa ruang tamunya kemudian mencari kotak p3k.

Beruntung Zayn tidak apa-apa hanya saja tanganya terluka karena tergesek aspal. Tasya duduk di sebelah Zayn dan mengambil tangan Zayn yang teruka lalu di berikannya obat merah. Cowok itu terus menatap Tasya dengan sorot mata yang tidak dapat di artikan.

Gadis itu masih asik meniupi luka Zayn dengan hati-hati. Tapi, saat Tasya ingin memberi perban pada tangannya cowok itu justru menarik tangannya menjauh dari Tasya membuat Tasya  menatapnya heran.

"Ini gak sesakit perasaan lo sekarang," kata Zayn.

Keduanya masih saling menatap lekat sampai Tasya akhirnya berucap. "Lupain aja," kemudian kembali mengambil tangan Zayn dan memperbaninya.

Siapa wanita yang hatinya tidak terluka saat harga dirinya di jatuhkan dengan menyebutnya sebagai jalang? terlebih yang menyebut itu adalah orang terkasihnya, maka akan jauh lebih dari kata sakit bagi Tasya. Entah apa yang membuat Tasya begitu luluh pada cowok di hadapannya itu, bahkan ia ingin melupakan hal itu walau lukanya masih akan tetap membekas.

Zayn tidak habis pikir bahwa masih ada perempuan sebaik Tasya di dunia ini. Perempuan yang kuat padahal sudah di sakiti oleh orang yang di sayangnya. Masih bisa berlaku baik pada orang jahat sepertinya. Tidak seperti kebanyakan perempuan yang selalu memperpanjang masalah.

Tasya bangkit untuk mengambil air untuk Zayn. Namun tiba-tiba cowok itu meraih tangannya dari belakang membuat Tasya berhenti.

"Maafin gue. Gue akan cari siapa pelakunya," ucap Zayn lirih.

Tasya berbalik badan, membuat keduanya kini berhadapan. Sorot mata Zayn tidak dapat di jelaskan, namun cukup terlihat kalau cowok itu benar-benar menyesal atas perbuatannya.

"Gak perlu, Zayn. Lagian gue gak papa. Gue cuma mau lo selalu ada buat gue setelah ini, dan itu udah lebih dari cukup."

Tangannya terulur mengelus pipi Zayn yang sempat ia tampar tanpa sadar. "Maaf,"

Entah harus bagaimana lagi Zayn membalas kebaikan Tasya. Sungguh gadis itu benar-benar mempercayainya. Gadis seperti Tasya memang harus Zayn mempertahankannya. Karena kunci dari sebuah hubungan adalah saling percaya. Apapun itu hubungannya.

Tasya kembali berbalik dan mengambil minum untuk Zayn.

"Gue akan selalu ada buat lo, Sya. Karena itu janji gue."

ZAYNTASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang